Selasa, 16 Desember 2008

Membangun Pemerintahan Islam Melalui Pemilihan Umum

Pada pemilihan Umum putaran pertama di AlJazair tanggal 26 Desember 1991, Front Pembebasan Islam (FIS) memperoleh 188 kursi (81% lebih) di parlemen. Saat itu muncul harapan bahwa FIS akan berhasil meraih suara mayoritas pada pemilihan putaran kedua. Atas keberhasilannya itu banyak pihak menduga bahwa presiden Al Jazair --sesuai dengan ketentuan undang-unadang dasar negara-- akan menyerahkan kekuasaannya kepada pemimpin FIS untuk membentuk kabinet baru. Kalau ini yang terjadi:
1. Bolehkah dalam keadaan seperti ini FIS membentuk suatu kabinet berlandaskan undang-undang sekuler, kemudian tunduk pada pemimpin negara republik sekuler? Apakah ini berarti telah ikut bekerja sama dengan suatu pemerintahan yang berlandaskan pada sistem kufur?
2. Sebagaimana kita ketahui bahwa syara' telah mengharuskan pelaksanaan syari'at Islam secara utuh dan serentak (yakni tidak mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, dan tidak secara bertahap). Penerapan ini tentunya memerlukan waktu, yang mungkin saja berbulan-bulan lamanya. Atau bisa juga penerapan tersebut ditempuh melalui rancangan undang-undang yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh parlemen. Apakah kedua proses ini dapat diterima secara syar'i?
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, terlebih dahulu marilah kita perhatikan pokok-pokok ajaran syari'at yang begitu jelas dan diambil dari nash-nash Kitab dan Sunnah. Dimana pokok-pokok ajaran tersebut termasuk dalam "Ma'luumatun minaddiini bizhzharurah", artinya telah diketahui kedudukannya sebagai hal yang penting dalam agama secara pasti, yakni:

(1) Bahwa Islam wajib diterapkan secara sempurna pada setiap bagian-bagiannya.
(2) Bahwa Islam tidak boleh diterapkan secara parsial dengan mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya.
(3) Bahwa Pelaksanaan Islam harus dilakukan dengan segera dan serentak, bukan secara bertahap dan mengulur-ulur waktu.
(4) Bahwa kaum muslimin tidak diperbolehkan bekerjasama dalam pemerintahan yang berlandaskan sistem kufur dan thaghut.
Disamping itu, ada satu hal penting yang harus kita ingat bahwa negara-negara kafir berikut antek-anteknya dari penguasa kaum muslimin, tentunya tidak mungkin memberi kesempatan kepada kaum muslimin --khususnya yang berupaya untuk menegakkan khilafah, dan mengembalikan pelaksanaan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT-- untuk mengambil alih kekuasaan dengan jalan demokrasi/konstitusional. Juga bahwa setiap negeri mana saja, yang pemerintahnya, dan pihak yang menguasai angkatan bersenjatanya merupakan agen negara-negara kafir yang memeluk ide-ide kufur dan berusaha untuk menerapkannya, jelas tidak mungkin memberikan kesempatan pada kaum muslimin --khususnya mereka yang berupaya menegakkan khilafah dan mengembalikan pelaksanaan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah SWT-- untuk meraih kekuasaan dengan jalan demokrasi.
Pada waktu yang sama harus disadari pula bahwa jalan demokrasi, bukanlah jalan untuk menegakkan khilafah dan mengembalikan pelaksanaan hukum-hukum yang diturunkan Allah. Tetapi jalan yang harus ditempuh dalam hal ini adalah jalan yang pernah ditempuh Rasulullah dalam menegakkan pemerintahan Islam, yaitu melalui upaya "Thalabun Nushrah" (meminta pertolongan dan perlindungan dari pihak yang memegang kekuasaan; juga dari tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh). Sekalipun demikian tidak berarti bahwa meraih kekuasaan melalui ummat tidak perbolehkan, misalnya melalui pemilihan umum yang dilanjutkan dengan bai'at. Cara seperti ini diperbolehkan menurut syara', karena memang berbeda dengan demokrasi. 1)

-------------------
1)Sistem pemilihan umum di dalam Islam, walaupun di dalamnya terdapat persamaan dengan sistem demokrasi dari segihak memilih, bersuara, dan berpendapat, tetapi dalam sistem demokrasi, haktersebut ditetapkan oleh kebebasan (sistem liberal). Sementara di dalam Islam hak tersebutmerupakan syarat-syarat bagi aqad khalifah. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka sianggap pemilihanumum itu tidak sah secara syar'i. Berbeda halnya dengan sistem demokrasi yangmenganggap kebebasan dalam memilih dan bersuara hanya sekedar hak yang tidakdapat mempengaruhi hasil pemilihan umum. Apalagi hasil tersebut seringdimanipulasi, sebagaimana yang sering terjadi di banyak negeriIslam.Menghapuskan undang-undang dasar yang ada, membai'at Khalifah, danmemproklamirkan Islam sebagai sistem negara dan masyarakat. Jika FIS belum mampu menempuh jalan tersebut,maka mereka tidak boleh membentuk kabinet dan atau melibatkan diri dalam pemerintahan secara mutlak.
Sekarang, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Pertanyaan pertama yang berbunyi:
"Dalam keadaan seperti ini, bolehkah secara syar'i membentuk suatu kabinet berlandaskan undang-undang sekuler, kemudian tunduk pada pemimpin negara republik sekuler? Apakah ini berarti telah ikut serta/kerja sama dengan suatu pemerintahan yang berlandaskan pada sistem kufur?"

Jawabnya adalah bahwa menurut syara', FIS tidak boleh menerima tawaran untuk membentuk kabinet baru berdasarkan undang-undang dasar sekuler, dan tunduk di bawah pimpinan republik yang menganut paham sekuler (Kalau memang berhasil, sekalipun dalam kenyataannya mereka telah dijegal melalui aksi kudeta oleh militer yang kemudian mengadakan penangkapan terhadap lebih dari 20.000 orang demonstran serta membubarkan FIS). Atas dasar ini maka menerima tawaran yang berdasarkan sistem sekuler tersebut merupakan bukti pengakuan terhadap sistem kufur yang akan menunjukkan keikut-sertaan mereka dalam sistem tersebut. Hal ini tentu saja tidak dibenarkan oleh Islam, selama dua hal yang ditawarkan itu masih bertolak dari sistem demokrasi Barat dan FIS diharuskan terikat dengan kedua sistem tersebut.
Kendatipun gerakan FIS telah dibubarkan, tatapi secara teoritis FIS atau gerakan Islam manapun yang keadaannya sama, harus menolak tawaran membentuk kabinet pemerintahan yang masih sekuler dan menolak menduduki kursi dalam parlemen. Bahkan, disamping mereka harus berjuang untuk menciptakan kondisi yang membantu mereka mengambil alih kekuasaan dan segera mengumumkan berdirinya negara Islam, mereka juga harus segera mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
Akan tetapi andai saja presiden Al Jazair meminta kepada FIS untuk mengambil alih pemerintahannya berdasarkan Islam, karena mereka telah meraih suara mayoritas dari rakyat Al Jazair yang suddah memeluk Islam dan sungguh-sungguh menginginkan sebuah pemerintahan Islam, maka dalam kondisi seperti ini FIS boleh menerima mandat-mandat tersebut dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk pengambil-alihan tersebut. Pelaksanaannya sebagai berikut:
Pertama: Mereka memilih seorang Amir untuk menjadi kepala negara sementara Al-Jazair, hingga terselenggaranya pemilihan umum untuk mengangkat seorang khalifah dan membai'atnya.
Kedua: Amir sementara tersebut meminta parlemen untuk segera mengesahkan terhapusnya UUD yang berlaku dan menggantinya dengan Islam sebagi satu-satunya sistem untuk negara dan masyarakat.
Ketiga: Amir sementara tersebut kemudian mengambil tindakan yang diperlukan untuk memilih Khalifah dan membai'atnya.
Jika hal ini telah terlaksana, maka tugas Amir tersebut telah berakhir dan diganti dengan Khalifah yang akan memproklamirkan konstitusi bagi khilafah Islam yang diambil dari Kitab dan Sunnah Nabi. Kendatipun sebelum mengumumkan konstitusi tersebut dan menetapkannya, boleh saja ia meminta tanggapan anggota-anggota parlemen, yang namanya akan berubah menjadi majlisul Ummah atau majlis asy Syura, meskipun tanggapan mereka tidak memaksa khalifah untuk mengikutinya (boleh diterima boleh tidak, karena wewenang menetapkan UUD ada di tangan khalifah saja).
Dengan cara yang demikian pengambilan kekuasaan tersebut tidak bertentangan dengan Islam, dan kekuasaan akan beralih dari kekuasaan kufur kepada hukum Islam. Negaranya pun berubah dari Darul kufur menjadi Darul Islam. Tetapi hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika FIS telah berhasil mendapat dukungan dari pihak yang memiliki kekuatan dan kekuasaan (misalnya Militer, pejabat, tokoh-tokoh Masarakat dan sebagainya), disamping meraih suara mayoritas kaum muslimin AlJazair. Namun apa yang dapat dilakukan sekarang ini setelah impian FIS dilenyapkan?

Adapun pertanyaan kedua, yang berbunyi: "Bahwa syara' telah mengharuskan pelaksanaan syari'at Islam secara utuh dan serentak (yakni tidak mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, serta tidak secara bertahap). Hanya saja penerapan ini tentunya memerlukan waktu yang bisa jadi berbulan-bulan lamanya. Bisa juga penerapan tersebut dapat ditempuh pula melalui rancangan undang-undang yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh parlemen. Apakah kedua proses di atas dapat ditempuh secara syar'i?
Jawabnya adalah bahwa langkah-langkah tersebut dapat ditempuh apabila pengambil-alihan kekuasaan itu diperbolehkan, karena telah diambil berdasarkan hukum-hukum syara'. Akan tetapi jika pengambil-alihan tersebut tidak boleh, karena bertentangan dengan Islam (seperti gambaran pertama pada pertanyaan sebelumnya, maka pertanyaan ini tentunya tidak perlu diajukan lagi.
Tetapi jika pengambil-alihan kekuasaan dibolehkan oleh syara', seperti gambaran kedua pada pertanyaan sebelumnya, maka pelaksanaannya harus dilakukan secara keseluruhan dan sekaligus. Langkah ini wajib ditempuh dan segera diupayakan untuk menerapkan seluruh peraturan dan hukum-hukum Syara', secara serentak pada waktu yang sama. Akan tetapi realita bagi sebagian hukum memerlukan persiapan dan langkah yang berkesinambungan yang mungkin membutuhkan waktu. Mempercepat pelaksanaan hukum-hukum semacam ini dapat digambarkan dengan adanya upaya yang segera ditempuh untuk melaksanakannya. Sebagai contoh suatu kelompok yang mendapat kursi terbanyak di parlemen dan diberi kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan menegakkannya berdasarkan Islam, maka penentuan amir/kepala negara sementara sedikit banyak memerlukan waktu agar pimpinan gerakan tersebut berkesempatan berkumpul dan mengadakan rapat darurat. selalu bermusyawarah untuk menentuka siapa yang cocok menjabat sebagai kepala negara sementara.
Contoh lain, permintaan Kepala Negara sementara kepada angota-anggota Parlemen untuk mengubah undang-undang dasar yang berlaku dan mengumumkan Islam sebagai pengganti, mungkin saja memerlukan waktu, kemudian persiapan-persiapan untuk memilih Khalifah dan membai'atnya, juga memerlukan waktu. Setelah Khalifah dibai`at dan menerima kekuasaan, maka Ia akan merubah struktur pemerintahan untuk disesuaikan dengan struktur yang islami dan ini juga memerlukan waktu. Contoh-contoh yang lain, misalnya penghapusan semua perjanjian yang bertentangan dengan hukum Islam dan yang telah ditanda-tangani oleh negara sebelumnya dengan negara-negara lain juga memerlukan tempo waktu. Begitu pula hukum-hukum lain yang serupa ini, untuk menerapkannya juga diperlukan waktu.
Kendatipun demikian bukan berarti hukum-hukum tersebut dapat ditunda pelaksanaannya sembari menunggu situasi dan kondisi yang lebih memungkinkan; dan bukan berarti pula diterapkan secara bertahap dan mengulur-ulur waktu; melainkan harus segera dilaksanakan sebagaimana yang terjadi pada masa sahabat Ridlwanullahi 'Alaihim, tatkala Rasulullah saw wafat. Dimana pada waktu itu mereka segera berusaha untuk membai`at seorang khalifah sebagai pengganti beliau. Usaha tersebut menghabiskan waktu sampai tiga hari sebelum akhirnya berhasil membai`at Abu bakar sebagai khalifah pertama. Hal ini disepakati oleh semua shahabat.
Oleh karena itu masalah-masalah yang pemecahannya memerlukan waktu yang banyak, maka usaha untuk menerapkannya harus serentak, tidak boleh ditunda sambil menunggu situasi dan kondisi yang memungkinkan. Juga diharamkan untuk menjalankan usaha tersebut secara bertahap dan mengulur-ulur waktu.
Sedangkan penentuan undang-undang merupakan wewenang Khalifah, bukan wewenang anggota-anggota majelis syura. Namun begitu khalifah boleh saja meminta pendapat para anggota majelis syura terhadap peraturan dan undang-undang yang ingin ditetapkan sebelum mengambil keputusan, sekalipun pendapat mereka tidak wajib ditaati oleh khalifah, sebab mereka tidak mempunyai hak dalam menentukan dan menetapkan hukum/undang-undang, karena hanya khalifahlah yang memiliki hak tersebut. Sikap ini didasarkan pada kaidah syara' yang berbunyi:
"Bagi seorang Sulthan dibolehkan mengambil keputusan hukum sesuai dengan masalah yang terjadi".
[bersambung]
Informasi Mailing List Syabab Hizbut Tahrir

Untuk Subscribe (Daftar ke Milis), kirim email ke :
Syabab-Hizbut-Tahrir-subscribe@yahoogroups.com


Untuk Unsubscribe (Keluar dari Milis), kirim email ke :
Syabab-Hizbut-Tahrir-unsubscribe@yahoogroups.com

Untuk Informasi Website, buka di :
http://groups.yahoo.com/group/Syabab-Hizbut-Tahrir
---------------------------------------------
Link resmi Hizbut Tahrir yang terkait :
1. www.al-islam.or.id (Indonesia) : Buletin Jum'at, Berita Aktual, Forum Diskusi (Fiqh, Web Site, Partai Politik), Al-Waie : Jurnal Dakwah dan Politik - Ekonomi, Kitab Islami

2. www.hizb-ut-tahrir.org (English, Arab) : Profil Partai Islam, Analisis Politik, Buku dan Leaflet Islam, Publikasi Fikroh Islami, Kajian Hukum Syara

3. www.khilafah.com (English) : Majalah Islam, Buku-buku Islam, Berita Dunia Islam, Pemikiran Islam, Jurnal Materi

4. www.ramadhan.org (English) : Informasi Shaum, Ceramah Ramadhan, Tafsir Al-Qur'an, Al-Hadits (Audio & Video), e-Cards, Screen Saver

5. www.al-aqsa.org (English) : Berita Aktual dari Palestina, Khutbah Jum'at Masjid Al-Aqsa

Senin, 15 Desember 2008

Peranan Wanita Dalam Dakwah Islam

Apa sebenarnya peran kaum wanita Muslimah dalam mengemban dakwah Islam. Secara syari' apakah mereka wajib mengemban dakwah seperti halnya kaum pria, atau bagaimana?

Pada dasarnya, hukum syara' itu dibebankan kepada laki-laki dan wanita. Tidak ditemukan perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal taklif (pembebanan hukum), kecuali bila terdapat nash-nash yang membedakannya.

Apabila terdapat seruan seperti: "Hai orang-orang yang beriman", maka seruan tersebut selain ditujukan untuk kaum lelaki mencakup pula wanita. Dengan demikian, tidak perlu ada seruan khusus untuk kaum wanita, misalnya: "Wahai orang-orang wanita yang beriman".

Dalam bahasa arab terdapat kaidah yang menyatakan bahwa seruan bagi kaum laki-laki sekaligus mencakup seruan bagi laki-laki dan perempuan. Sedangkan seruan bagi perempuan, tidak mencakup bagi laki-laki; ia terbatas hanya untuk kaum wanita saja. Atas dasar tersebut dapat dipahami bahwa seruan-seruan Allah SWT seperti1): "Wahai, orang-orang yang beriman"; "Wahai manusia"; "Janganlah kalian membunuh jiwa"; "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada Allah [berdakwah kepada Islam] dan melakukan amal shaleh [melaksanakan hukum-hukum Islam]"; "Dan taatilah Allah, taatilah Rasul dan para pemimpin (pejabat yang menerapkan Islam) dari kalangan kamu";

-------------------
1) Contoh-contoh dari sekian banyak seruan yang terdapat pada ayat-ayat Al Qurâan. "Tegakkanlah shalat dan keluarkanlah zakat"; atau "Sempurnakanlah haji dan umrah itu bagi Allah".

Juga dapat kita pahami seruan-seruan Rasulullah saw, seperti2): "Kaum muslimin terpelihara darah mereka"; "Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata benar atau diam"; "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya"; "Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim"; atau "Sebarkanlah oleh kalian salam di antara kamu".

Walaupun kata-kata yang terdapat dalam firman Allah SWT dan Hadits Rasulullah saw tersebut di atas semuanya berbentuk muzhakar (jenis laku-laki), akan tetapi seruan yang demikian telah disepakati bahwa ia juga mencakup bagi wanita.

Ada beberapa hukum yang dikhususkan bagi kaum pria saja, yaitu apabila ada qarinah (indikasi) yang menerangkan bahwa hukum tersebut tidak mencakup wanita. Demikian juga sebaliknya, ada beberapa hukum yang dikhususkan bagi kaum wanita, yaitu dengan adanya beberapa qarinah yang menunjukkan bahwa hal tersebut tidak diperuntukkan bagi kaum pria. Sebagai contoh; laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, sedangkan kaum wanita tidak; laki-laki memberikan mahar dan nafkah, serta ditangannya terdapat akad talak; akan tetapi 'iddah mati dan 'iddah talak tidak berlaku bagi laki-laki, ia hanya berlaku bagi wanita saja; wanita memiliki aurat yang berbeda dengan aurat laki-laki; kesaksian wanita berbeda dengan kesaksian laki-laki; wanita bisa terputus shalat dan shaumnya (karena haid), sedangkan laki-laki tidak. Bagian laki-laki dalam hal warisan, berbeda dengan bagian wanita; dan seterusnya.

Kembali ke pertanyaan di atas, yaitu peran wanita muslimah dalam mengemban dakwah Islam; sebenarnya aktifitas tersebut bukanlah perbuatan yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, tidak cukup kita mencari dan membahasnya dari sudut hukum syara' saja yang berkaitan dengan dakwah wanita. Namun harus dibahas dari sudut hukum yang lain, karena merupakan kumpulan dari berbagai perbuatan yang berkaitan dengan kedudukan wanita dalam keluarga atau dalam masyarakat, serta ada batas-batas hubungan antara pria dengan wanita, dan sebagainya. Dari sinilah, maka dakwah untuk kalangan wanita mempunyai sejumlah hukum syara'. Berikut ini hanya akan disebutkan sebagian saja dari hukum-hukum tersebut:

-------------------
2) Contoh-contoh dari sekian banyak seruan yang ada pada hadits-hadits Rasul saw.

(1) Keimanan dan keterikatan kepada halal dan haram ada lah wajib bagi wanita, sebagaimana diwajibkan juga bagi laki-laki.
(2) Menuntut ilmu tentang hukum-hukum syara' yang berkaitan dengan berbagai urusan /perbuatan wanita ada lah wajib. Begitu pula dengan laki-laki terhadap perbuatan yang dikhususkan baginya.
(3) Aktifitas amar ma'ruf nahi munkar adalah wajib bagi wanita, sama halnya bagi laki-laki, tetapi masing-masing melakukannya sesuai dengan kemampuannya.
(4) Mengoreksi tingkah laku penguasa merupakan bagian dari amar ma'ruf nahi munkar yang sifatnya wajib atas wanita dan laki-laki.
(5) Mengajarkan hukum-hukum Islam kepada kaum muslimin serta memerangi pemikiran-pemikiran kufur dan sesat, merupakan kewajiban atas kaum laki-laki dan wanita.
(6) Kegiatan dakwah untuk menegakkan Islam dan mengembalikan Khilafah Islam untuk memberlakukan hukum sesuai dengan apa yang telah diturunkan Allah, merupakan bagian dari tugas/tanggung jawab bagi laki-laki dan wanita.
(7) Membentuk suatu gerakan Islam yang berjuang untuk mengembalikan Khilafah Islam, melaksanakan amar ma' ruf nahi munkar, dan mengoreksi/menasihati penguasa, atau bergabung dalam gerakan seperti ini, merupakan fardlu kifayah bagi seluruh kaum Muslimin, baik laki-laki maupun wanita.

Ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat ditemukan dalam nash-nash Syara' yang mencakup kedua jenis kelamin ini. Dengan tetap berpegang kepada semua ketentuan umum ini, yang kedudukan laki-laki dan wanita di dalamnya adalah sama, maka kita mendapatkan keadaan tertentu berbagai hukum yang khusus bagi laki-laki; namun wanita dikecualikan dari hukum-hukum khusus ini, tetapi ia tidak keluar dari ketentuan-ketentuan yang tercantum pada butir 1-7 di atas. Keadaan yang dimaksud di sini adalah antara lain:

(1) Wanita tidak boleh keluar rumah, tanpa izin dari walinya sendiri. Misalnya, ayah, saudara laki-laki, suami, paman, dan sebagainya. Ketentuan ini membatasi kegiatan dan kemampuannya untuk bergerak di bidang dakwah.
(2) Apabila tidak disertai suami atau salah seorang muhrim dari keluarganya, maka wanita tidak boleh mendatangi tempat-tempat khusus [rumah, apartemen, dan sebagainya] yang di dalamnya terdapat laki-laki asing yang bukan muhrimnya. Ketentuan ini juga membatasi kegiatan dan kemampuannya untuk bergerak di bidang dakwah.
(3) Apabila seorang wanita telah bergabung ke dalam suatu gerakan Islam dan pimpinan gerakan tersebut menyuruhnya melaksanakan suatu perintah, sementara walinya menyuruhnya dengan perintah yang lain, maka ia wajib menaati perintah walinya selama perintah itu bukan berupa maksiat yang nyata atau bukan maksiat menurut pandangan pemimpin gerakan Islam tersebut.

Secara pasti, kita mengetahui bahwa taat kepada pemimpin adalah wajib (sebatas wewenang kepemimpinannya). Pemimpin yang dimaksud di sini antara lain khalifah (kepala negara), pejabat pemerintah, pimpinan partai/organisasi Islam, dan sebagainya. Kita juga tahu bahwa taat kepada ayah dan suami adalah wajib. Semua itu berlaku dalam perkara bukan maksiat kepada Allah SWT. Apabila perintah ayah atau suami bertentangan dengan perintah amir/pemimpin, maka dalam hal seperti ini, mana yang harus ia patuhi?

Yang wajib dipatuhi tidak lain adalah taat kepada ayah atau suami. Sebab, nash-nash Syara' yang ada memang lebih menekankan /menegaskan agar wanita taat kepada ayah atau suami daripada mentaati amir /pemimpin suatu gerakan Islam, walaupun si wanita termasuk anggota gerakan Islam tersebut. Hadits-hadits Rasulullah saw tentang hal ini sangatlah jelas, seperti antara lain sabda beliau3):

"Ayah itu menduduki pertengahan pintu-pintu surga. Karena itu, peliharalah pintu itu kalau kalian mau, atau tinggalkanlah [dengan segala akibatnya]".

-------------------
3) Lihat Shahih Ibnu Hibban, hadits no. 426.

Imam Al Baidlawi menjelaskan arti dan maksud dari hadits tersebut bahwa sebaik-baik titipan pelintas masuk surga dan mencapai derajat yang tinggi ialah dengan jalan mematuhi perintah seorang ayah dan berbakti kepadanya4). Ketaatan kepada ayah, ini juga ditegaskan di dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ath Thabari, yaitu sabda Rasulallah saw5):

"Taat kepada Allah adalah sama halnya dengan taat kepada seorang ayah. Berbuat maksiat kepada Allah adalah sama halnya dengan berbuat maksiat kepada seorang ayah".

Adapun taatnya seorang isteri kepada suami, banyak hadits Rasulallah saw yang menjelaskan hal tersebut. Misalnya, kita perhatikan antara lain sabda beliau6):

"Tidak boleh bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah memberi izin kepada seorang (laki-laki) untuk masuk ke dalam rumah suaminya, sedangkan suaminya itu tidak suka [kepada orang tersebut]. Juga, tidak boleh bagi seorang wanita keluar rumah kalau suaminya tidak suka".

Di antara aktifitas yang terpenting di dalam mengemban dakwah Islam adalah keterikatan para pengemban dakwah dengan hukum - hukumNya. Sesungguhnya keterikatan seperti itu, baik dari pihak laki-laki maupun wanita, adalah termasuk salah satu kegiatan dakwah untuk merealisasikan Islam. Dengan demikian, apabila seorang wanita berpakaian secara syar'i, perilakunya islami baik di dalam lingkungan keluarga maupun di dalam lingkungan masyarakat, bahkan membenci setiap adat /kebiasaan orang Barat dan lainnya yang begitu nampak sekarang dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam, serta ia merasa bangga dengan ide-ide, hukum-hukum dan adat /kebiasaan yang bernafaskan Islam pada saat ia menampilkan semua sifat /ciri Islam ini di dalam dirinya, maka sesungguhnya ia sudah menjadi seorang da'iyah (pengemban dakwah Islam) walaupun ia sendiri tidak merencanakannya. Oleh karena itu, perilaku yang baik adalah langkah awal dalam berdakwah kepada Islam, khususnya bagi wanita muslimah.

-------------------
4) Lihat Faidlul qadir, Abdurrauf Al Manawi, VI/371.
5) Lihat At Targhib Wat Tarhib, Zakiyuddin Al Munzhiri, III /322.
6) Lihat Shahih Ibnu Hibban hadits no. 4158; Musnad Ad Daylami hadits no. 7772; dan Kasyful Ghummah, Imam Asy Syaârani, II/107.




Sumber Buku : Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam, Oleh Abdurrahman Muhammad Khalid, Pustaka Thoriqul Izzah, Januari 1994.

Rabu, 10 Desember 2008

SEPORSI CINTA?

Oleh : Laela Awalia

Suatu malam, seorang teman mengirim pesan pendek pada saya yang sedang asyik bercengkrama dengan keyboard dan layar komputer. Dalam pesan pendeknya, ia menulis kata-kata yang tiba-tiba mampu menghentikan aktivitas saya dalam sejenak. Ia tak bertanya tentang PR-PR organisasi yang selama ini jadi menu sehari-hari kami. Ia pun tak bertanya tentang kabar kuliah atau kegiatan menulis saya. Ia hanya mengirim saya kata-kata ini.

"Cinta itu begitu luar biasa ya, mampu membuat kita tergugu dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah, cemas, juga doa-doa."

Lama saya tak membalas pesan pendeknya. Bukan karena malas, tapi saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar kecil itu. Adakah ia serius atau hanya ingin ‘perang' kata-kata dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak karena setelah itu kami terus saling berbalas pesan pendek.

"Tapi, cinta pun menyediakan air mata... Bagaimanapun, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanapun -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya kita dan Allah saja yang tahu."

"Cinta itu ibarat warna, jadi ketika kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita tak tahu cinta dengan warna apa dan seberapa kuat pendarnya menerangi hati kita. Ada orang yang menyadari warna cinta dan kuatnya pendar itu langsung ketika dekat dengan orang yang dicintai.ada juga yang baru sadar ketika orang tercinta telah pergi."

"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi dicintai terkadang bisa menyisakan satu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban agar tak melihat pendar kekecewaan pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang kita cintai kan!"

"Benarkah balasan cinta itu akan kita peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan..."

"Ya, itulah keajaiban sebuah cinta! Kita mungkin tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati. Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang mencintai kita setulus hati? Yah, pada akhirnya kita harus memilih. Tapi, yakinku hanya satu, bahwa cinta tetap indah pada akhirnya..."

"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya. Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang. Bukankah cinta butuh proses? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.'"

Pesan-pesan pendek itu menjadi smacam renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi di sisi lain, cinta bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai kadarnya.

Cinta memang sepatutnyalah bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepatutnyalah cinta diporsikan sesuai dengan kebutuhan dan hak sesorang atau Dzat yang memberi kita cinta. Jikalah ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikan Dzat pencipta cinta itu? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta?

Selasa, 09 Desember 2008

Mother is the best super hero in the world

Oleh : didik luv mom

Mumpung Ibu Masih ada, coba saat BELIAU tidur saat matanya terpejam kamu tatap wajahnya itu 5 menit saja, kamu akan tau bagaimana rasanya nanti bila wajah itu sudah tak ada di situ...

Lakukan apapun yang bisa kamu lakukan untuknya...

LAKUKAN SEKARANG teman2ku sayang, bukan besok atau 5 menit lg karena mungkin sekedip matamu dia akan pergi tak kembali...
Klo sudah terlanjur ga ada, yaaahhh jangan lupa doa ma TUHAN. Segala macam doa deh. Miss U Mum...
Luv U all

Ini adalah mengenai nilai kasih Ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan sekeping kertas yang bertuliskan sesuatu, si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang diulurkan oleh si anak dan membacanya.

Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung: Rp20.000
2) Menjaga adik: Rp20.000
3) Membuang sampah: Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur: Rp10.000
5) Menyiram bunga: Rp15.000
6) Menyapu halaman: Rp15.000
Jumlah: Rp85.000

Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. Si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama:
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu: GRATIS
4) Ongkos khawatir krn memikirkan keadaanmu: GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu: GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku: GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar"

LUv Mom I miss u forever
Mother is the best super hero in the world.

Senin, 08 Desember 2008

Merengkuh Cinta dalam Buaian Pena

Oleh : Ali Margosim Chaniago/berbagai sumber

Buya HAMKA bertutur : “Tidakkah kau lihat langit biru dengan awan berarak disulam oleh burung-burung, amatlah indah. Atau engkau saksikan lereng bukit yang teramat indah. Atau taman bunga yang mekar beraneka warna dengan harum semerbak, teramat indah. Atau kau dengar suara jangkrik bersahutan, teramat indah. …Mengapa hati yang satu-satunya ini, kau biarkan merana tanpa gelora cinta kepadaNya?”

Ikhwah Fillah! Lihatlah lelaki yang satu ini. Sepanjang hari ia berdakwah. Dari pukul enam pagi hingga pukul enam sore. Tak lagi satu daerah yang ia sambangi, telah berkali-kali gurun pasir ia lalui. Sementara ia masih muda. Sejarah mencatat, umurnya belum genap 20 tahun. Bila malam tiba, malampun ia bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk ibadah, sepertiga untuk MENULIS, dan sepertiga lagi untuk istirahat. Itulah dia Imam Syafi’I muda.

Ada ribuan ulama di muka bumi ini. Tapi, ulama yang satu ini benar-benar beda. Tanpa kenal siang dan malam, jari-jemarinya selalu menari bersama pena untuk mengangungkan TuhanNya, menyelamatkan aqidah umat, dan menjaga kehormatan umat. Bila anda bertanya,”Wahai Syaikh, haruskah kami sepertimu?”Dia akan menjawab,”Cukuplah seperti apa yang kau lihat!” Dan ia akan berpesan kepadamu,”Berlelah-lelahlah dalam kebajikan, karena dalam kelelahan itu ada kenikmatan yang sungguh nikmat.” Ulama yang satu ini ketika terbaring di rumah sakit, tiba-tiba datang seorang dokter dengan suara lantang mencegat beliau,”Wahai Pak Tua…, bukankah saya sudah melarang anda membaca buku. Anda harus tahu diri. Anda itu sakit.” Sang Syaikh ini tersenyum,”Terimaksih. Anda sudah mengingatkan saya bahwa saya sakit. Kalau tidak, saya bisa lupa bahwa saya sedang sakit. Begitulah saya mencintai buku. Buku adalah penghibur hidup saya…” Dengan sedikit angkuh, Si Dokter bertanya,”Emangnya, kau sudah membaca seberapa banyak buku?” ujarnya sembari melangkah keluar. “Alhamdulillah, saya baru membaca 20.000,00 jilid buku!” jawab si Syaikh tenang. Begitulah dia si Syaikh yang satu ini. Dia termasuk ulama termasyur sekaligus produktif dalam catatan sejarah dunia. Dia bernama Syaikh Ibnul Qayyium Al Jauziyah.

Ikhwah Fillah! Murid beliau bernama Syaikh Muhammad Al Ghozali, yang merupakan guru dari Syaikh Yusuf Qordawi, juga merupakan ulama dan penulis termasyur. Dalam suatu pengajian Syaikh Muhammad Al Ghozali berkata: Dalam hidup ini hanya ada dua pilihan. Pertama, menjadi bagian dalam menciptakan fikroh(Pemikiran). Kedua, dipaksa mengikuti fikroh.

Mari kita kupas satu persatu. Menjadi bagian dalam menciptakan fikroh. Sejarah mencatat, orang-orang yang terlibat dalam bagian ini, dialah yang dikenal sebagai motor sebuah Peradaban. Kenalkah kita dengan Karl Lar March dengan karyanya Das Capital. Buku ini adalah biang keladi munculnya system kapitalisme, dan zionisme oleh Israel di dunia ini. Dimana orang-orang eropa terobsesi untuk menjadi penjajah dengan tujuan utama mereka adalah Gold, Glory , dan Gospel. Dan zionisme Israel bercita-cita menjadi penguasa tunggal dunia dengan menjadikan amerika sebagai kaki tangannya.

Pernahkah kita mendengar kata ‘Samurai’. Ya, lebih tepatnya Novel Samurai. Di Jepang, novel ini menjadi bacaan wajib warga negaranya mulai dari anak-anak SD hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dan yang mencengangkan lagi adalah Novel ini dikukuhkan sebagai kitab kedua setelah kitab agama Shinto. Dipaksa mengikuti fikroh. Ya, lebih dan kurang bisa kita amati langsung. Mulai dari media, baik media cetak maupun media elektronik.

Pemikiran-pemikiran mereka(Baca Yahudi dan nasrani) tiap hari menjadi santapan kaum muslimin. Dan , anehnya, kita hanya menjadi konsumer terbesar. Tidak mampu menjadi produser. Majalah Times, majalah forbes lebih diagung-agungkan oleh banyak kaum muslimin ketimbang majalah islam sendiri. Padahal, majalah itu tepatnya buat orang Amerika dan Eropa. Berbagai pemikiran kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme lebih dominan di benak kaum muslimin daripada konsep pemikiran islami dalam dirinya.

Saudaraku, kenyataannya memang begitu, kaum muslimin menjadi pengikut setia pemikiran orang lain. Kita menjadi pengikut trend dan mode orang lain. Hal ini perlu menjadi renungan kita semua.

Ikhwah Fillah! Meneropong ke masa lalu. Kejayaan islam dulunya ditandai dengan berkembang pesatnya berbagai keilmuan kaum muslimin. Sehinga kita kenal sangat banyak ilmuwan muslim dengan berbagai disiplin ilmu. Seperti Ibnu Sina, Innaribayan, Ibnu Rusyid, Ibnu khaldun, Ibnu Rayhan, dkk. Satu catatan penting adalah mereka semua adalah MENULIS. Di zaman khalifah Ar rasyid, Khalifah Al makmun dan beberapa periode setelah khalifah Al makmun. Para penulis sangat dihormati. Berat sebuah buku apa saja dihargai dengan berat emas. Sekarang??? He hehe, Fee untuk penulis professional 15 persen dari harga buku. Sudah lumayan!

Ikhwah Fillah! Mari kita menulis seperti Syaikh Ibnul Qoyyum Al Jauziyah menulis. Menulis untuk mengangungkan Allah SWT, menyelamatkan aqidah umat, dan menjaga kehormatan umat. Bila kita yakin dan istiqomah dengan prinsip diatas, tidaklah perlu kita khawatir dengan penghidupan dunia kita. Sejarah mencatat, belum ada penulis yang miskin di dunia ini. Mereka hidup serba berkecukupan, karena Allah menjamin rezki orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Mereka adalah orang terkaya, Orang yang kaya ilmu, yang selalu menyumbangkan ilmu tanpa habis-habisnya.

{Tiga orang yang selalu mendapatkan pertolongan Allah tiada henti-hentinya adalah mujahid yang membela agama Allah, PENULIS yang mencerahkan, dan pemuda yang menyegerakan menikah untuk menjaga kehormatan diri.} (HR Ahmad)

Wahai para penerus Syaikh Ibnul Qoyyum Al Jauziyah, Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaikh Muhammad Al Ghozali, Syaikh Yusuf Qardawi, Syaikh Hasan Al Banna, Said Quthb, Buya HAMKA, M Natsir…, teruslah melangkah dalam barisan dakwah hingga titik darah penghabisanmu. Mari kita bersama MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA AL HUB FILLAH WA LILLAH

Minggu, 07 Desember 2008

Indahnya Cinta dan Rahasia Ilahi

Kisah nyata dari “Buku Indahnya Berbisnis dengan Tuhan”

Duapuluh tahun yang lalu, tepatnya tahun 1986 Penulis berhenti sekolah dasar karena tidak ada biaya. Tahun 1987 merantau ke Jakarta dengan terlebih dahulu menjadi kuli panggul singkong untuk ongkos perjalanannya. Lalu berjalan kaki sejauh 25 km di jalan setapak yang curam untuk mencapai jalan aspal karena tidak cukup uang untuk naik ojek. Sampai di kota metropolitan, penulis menjadi kernet jahit. Setiap malam tidur beralaskan bahan levis dan terkadang tidur di atas mesin obras. Ruangannya sangat sempit, bau, panas dan pengap. Tiga bulan kemudian terdampar di sebuah Panti Asuhan selama enam tahun. Subhanallah... betapa dahsyatnya rahasia-Mu.

Ujian semakin terasa berat ketika tahun 1995. Saat itu ayah penulis sakit reumatik kronis dan TBC berat. Sungguh penulis sangat sedih karena tidak mampu membiayainya di Rumah Sakit. Tiga tahun kemudian ayah meninggal dunia dalam usia sangat muda (43 tahun). Ayah wafat meninggalkan empat anak yang masih bersekolah. Akhirnya semua tanggung jawab ayah berpindah ke pundak penulis sebagai anak laki-laki tertua. Subhanallah... Cobaan dan ujian ini kadang terasa sangat berat. Pada saat itu penulis belum tahu bahwa perjalanan takdir itu akan menjadi pintu karunia terbesar dalam hidup ini. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (QS. Al-Hadid (57):22)

Perjalanan takdir hidup ini terus melaju menuju terminal- nya. Walau terasa sangat berat dengan kerikil dan duri kehidupan yang berliku. Namun tiada sungai yang tidak berhulu. Penulis sangat yakin dengan janji Allah “Bahwa setelah kesusahan pasti ada kemudahan dan bersama kesusahan pasti disertai kemudahan yang lain”. (QS.Al-Insyiroh (94):5-8). Janji Allah ini benar-benar telah penulis temukan dan rasakan dalam banyak kenikmatan hidup. Salah satunya adalah kemudahan hadirnya buku ini kehadapan pembaca sekalian.

Sesungguhnya, inspirasi buku ini berawal dari kisah ajaib perjalanan takdir penulis untuk bisa belajar di Annajah (dulu Darunnajah) Jakarta. Walau anak kampung yang sangat udik tetapi atas kerja keras, bimbingan guru, do’a dan anugerah-Nya penulis selalu berada di ranking tiga besar. Hidup di panti asuhan tidak menjadi kendala untuk bangkit dan menjemput prestasi. Sehingga berkat prestasi dan do’a orang tua pada tahun 1993 penulis dapat meraih tiket beasiswa ke Negara Kuwait. Sungguh karunia Allah SWT yang sangat besar. Dan setelah penulis berada di Kuwait, nikmat demi nikmat terus mengalir bak air terjun yang terus mengisi garis takdir kehidupan penulis.

Diusia 19 tahun penulis dianugerahi kesempatan study banding ke negara-negara ASEAN. Tujuan utamanya adalah untuk mengadakan seminar, kemping dan bertemu dengan tokoh, ulama, dan orang-orang sholeh. Di negeri jiran ini penulis bertemu dengan Abu Urwah penulis buku terkemuka, pimpinan Jama’ah Islah Malaysia (JIM). Ia adalah tokoh oposisi dan reformasi paling vokal menyuarakan keadilan dan kebenaran. Ia sudah berkali-kali dijebloskan ke penjara karena dianggap subersive namun tetap sabar dan istikomah dalam membela keadilan dan hak-hak demokrasi rakyat malaysia. Berkat kegigihannya, saat ini Abu Urwah bersama putri Dr. Anwar Ibrahim dipilih rakyatnya untuk berjuang di kursi Parlemen Malaysia. Penulis sangat senang dapat bertemu dan berdiskusi dengannya. Penulis berharap dunia ini memiliki banyak tokoh reformis yang gigih membela keadilan seperti beliau.

Di Kuala Lumpur Penulis juga bertemu dengan direksi Bank Islam Malaysia (BIM). Ia mengisahkan bahwa berdirinya BIM ini penuh dengan perjuangan dan tantangan yang sangat besar, baik dari kalangan Muslim atau non Muslim, baik instansi pemerintahan ataupun non pemerintahan. Bank dengan sistem bagi hasil ini semula sangat diragukan banyak orang akan kemampuannya. Namun, waktu membuktikan, kalau bank ini kini menjadi bank tercepat perkembangannya dan terbaik dalam berbagi keuntungannya. Perjalanan tersebut juga menambah keyakinan Penulis, bahwa siapapun yang komitmen dengan syariah, Allah akan memberikan pertolongan dan keuntungan, baik di dunia serta akhiratnya.

Inspirasi buku ini juga banyak dipengaruhi oleh pertemuan dan persahabatan penulis dengan pelajar internasional dan guru serta ulama di Qurtubah Kuwait. Penulis masih teringat dan terbayang dengan wajah ceria teman-teman yang pernah satu kamar di Asrama. Mereka adalah Islam Karimove dari Rusia, Umar Bigovice dari Bosnia, Abdul Azis Yonoo dari Thailand, Khairuddin dari Pilipina, Fhation dari Al-Bania, Muchtar dari Maurusius, Mohammad Dzorif dari Singapura, Nirsyad dari Uzbekistan, Abdul Basyir dari Negeria, dll. Mereka adalah sahabat penulis yang cerdas, santun, religious dan peduli. Mereka telah banyak memberikan kontribusi positif kepada penulis. Semoga Allah menjadikan mereka pemimpin yang sukses dan mampu mengantarkan negaranya menuju kehidupan yang lebih adil, aman, sejahtera dan diridhoi Allah SWT.

Sungguh beruntung mantan tukang kuli panggul singkong ini, karena bisa bertemu dan bersahabat dengan kontributor ummat di belahan dunia. Nikmat lain yang selalu berkesan dalam persahabatan ini adalah ketika penulis dipertemukan Allah dengan ulama dan panglima mujahid Afghanistan. Ia bernama syeikh Abdurrozak. Sosok lelaki yang tangguh dan sabar dalam mengusir dan mengahancurkan penjajah Uni Soviet selama 9 tahun. Ia seorang ulama alumni sebuah Universitas terkenal di Mesir. Ia hafal 30 juz Al-Qur’an dengan baik. Padahal, jalan kehidupannya dulu begitu berliku! Dimasa muda, ia ketua geng Mafia. Namun, kemudian ia disadarkan oleh seorang hafizah mahasiswi Al-Azhar yang akan diperkosanya semasa ia jahil.

Ajaibnya, 9 tahun kemudian Allah mentakdirkan wanita yang akan ia perkosa itu menjadi istri yang kini sangat dicintainya. Padahal, prosesnya bukan ia yang mencari calon itu, tapi orang lain. Kisah ini, menjadikan Penulis bertambah yakin akan nyatanya hidayah dan pertolongan Allah SWT. Pertolongan Allah akan diberikan kepada siapa saja dan di mana saja. Karena Allah benar-benar sangat berkuasa menganugerahkan karunia apa pun sesuai dengan kehendak-Nya.

Maha suci Allah yang Maha Kaya Raya dan Maha Kuasa.Setelah enam tahun penulis menikmati beasiswa di negara metro dollar Kuwait, tahun 1998 penulis mendapat dana beasiswa belajar di FISIP Hubungan Internasional di Jakarta. Lalu tahun 2004 menjadi Direktur Utama di sebuah perusahaan swasta nasional.

Dua tahun kemudian penulis bertemu dengan mantan pemulung yang mampu menjadi miliyarder dalam tiga tahun. Ia akhirnya menjadi sahabat karib dan menjadi salah satu inspirator terbesar untuk menulis buku yang ada dalam genggaman pembaca sekalian. Tentunya, kisah dan kiat sukses mantan pemulung dalam buku ini akan menjadi energi positif bagi kita untuk bangkit, bergerak, dan beramal menjadi manusia yang lebih optimis, bermanfaat dan lebih bermartabat.

Subhanallah... benar-benar nikmat yang sangat besar. Sungguh penulis sangat bersyukur dengan anugerah takdir ini. Walau kadang di hati kecil ini masih ada pertanyaan “Mengapa mesti penulis yang mendapatkan nikmat luar biasa ini?”. Seorang “Wong nDeso”, anak petani miskin dari Kampung mariuk, Jampang, Sukabumi yang masih jauh dari peradaban modern.

Subhaanallah... wal-hamdulillah... walaa ilaha illallah wallahu akbar... Atas karunia-Nya ini penulis selalu meyakini bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil. Walau Penulis sadar bahwa takdir kesuksesan dan kebahagiaan tidak akan dapat diraih dengan gratis. Tetapi semuanya harus dibayar dengan tekad yang bulat, niat yang ikhlas, usaha yang maksimal dan keberanian mengambil resiko. Hal ini senada dengan yang dikatakan Vincent Van Gogh “Great things are not something accidental, but must certainly be willed,” (Kesuksesan besar tidak terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan hasrat yang benar-benar diingini).

Penulis bersyukur dengan keajaiban dan anugerah Allah yang selalu menyertai setiap langkah menuju perjalanan takdir ini. Pertemuan demi pertemuan dengan orang-orang sholeh membuat hati ini semakin yakin, bahwa yang mampu mengangkat The Secret (rahasia) dalam hidup ini bukan hanya Rhonda Byrne, tapi siapapun kita, akan mampu membuka tabir rahasia hidup dan keajaiban Allah SWT. Semoga rahasia dan keajaiban Allah yang telah penulis temukan dan Anda rasakan, akan menjadi inspirasi jitu untuk kehidupan kita, ummat dan bangsa ini menuju takdir yang lebih baik dan penuh makna. Bisa!!!

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah (ilmu dan hikmah). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.Luqman (31): 27)


“Hidup ini adalah sebuah spektrum perjalanan yang panjang. Hidup di dunia ini diawali dengan kelahiran dan diakhiri dengan kematian. Terminal akhir dari kehidupan adalah untuk bertemu dengan Tuhan di syurga-Nya”.

Jangan Takut dan Jangan Bersedih!
Semua manusia sangat layak dan berhak mendapat apa yang mereka inginkan. Namun kita harus ingat bahwa dalam mewujudkan apapun yang kita inginkan, sesungguhnya dibutuhkan keyakinan, pengorbanan, kesungguhan dan ketekunan. Pada prosesnya kita akan menemukan kenyataan yang tidak mulus, bahkan mungkin akan terasa pahit, membosankan dan melelahkan. Namun apapun tantangan dan problematikanya, maka nikmatilah hidup ini dengan tenang dan senang. Karena Allah tidak akan pernah memberikan beban apapun kepada kita, melebihi kapasitas kemampuan kita. Segera bangkit dan bergerak untuk beramal yang terbaik untuk kehidupan dan masa depan kita.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
(QS. Al-Baqarah (2): 286).

Berbisnis dengan Tuhan insya Allah akan menjadikan pribadi yang selalu yakin dan optimis dalam menjemput sukses dunia akhirat. Kekuatannya akan senantiasa setia menemani kita, sampai tiba di terminal keinginan yang kita dambakan. Enjoy the Beauty of Trading With Allah in Your Life! Salam Dahsyat!

Baca lebih lengkapnya dalam buku ”Indahnya Berbisnis dengan Tuhan”, seri satu (Life Management Series 1) karya Ust. Ayi Muzayini E.K, dengan pengantar DR. Hidayat Nur Wahid,MA. Penerbit Fatihah Publishing, Buku ini akan menemani Anda menuju apa yang Anda inginkan. Diangkat dari kisah nyata yang sangat istimewa dan penuh haru. Terdiri dari 10 bagian kisah yang unik dan penuh inspiratif. Tebal 296 halaman dengan harga konsumen Rp.58.000 (sudah termasuk ongkos kirim). Harga distributor Rp.30.000,- (minimal pengambilan 60 buku). Segera pesan, persediaan terbatas.
Pemesanan, masukan dan tanggapan dapat dikirim ke Jl.Pesantren No 55A 03/05 Kreo Selatan Larangan Tangerang 15156. HP 0813.8244.2222 Telp. (021)-68.99.23.24 – 7388.41.52 Fax (021)-585.45.01 Email : ayi.okey@gmail.com www.ayi-ibet.blogspot.com

Sabtu, 06 Desember 2008

Dan masjid pun kembali sepi

Betapa kita baru menyadari ada sesuatu yang sangat berharga setelah segalanya berlalu meninggalkan kita. Hingga kita merasa kehilangan bahkan menyesali karena kesempatan itu tak kita manfaatkan secara maksimal saat masih di depan mata dan dirasakan kehadirannya. Giatnya kita beribadah dan berlomba menabung amal shalih saat Ramadhan menjadi bukti bahwa Ramadhan adalah magnet yang bisa menyatukan kita. Bersama dan bersatu dalam nikmatnya Ramadhan yang terasa di mana-mana. Masjid berjubel dipenuhi jamaah yang ingin meraih pahala shalat tarawih bersama, atau menikmati ayat demi ayat dari al-Quran yang dibacanya di masjid di sepanjang waktu. Hampir setiap hari, terutama di awal-awal Ramadhan. Alhamdulillah.

Di luar masjid pun Ramadhan kental terasa suasananya. Malam pertama Ramadhan, saya dalam perjalanan pulang dari Yogyakarta menggunakan kereta api. Suasana Ramadhan pun hadir di sana. Para kru kereta api berubah penampilan. Prianya berkopiah, kemeja dan jas rapi jali. Wanitanya, mengenakan kerudung. Pakaian dan aksesoris yang dikenannya itu sekaligus mewakili lisan dan tulisan untuk menyampaikan pesan klepada khalayak bahwa inilah Ramadhan, kami berubah penampilan untuk menghormatinya. Tentu, pemandangan yang tak akan dijumpai di luar Ramadhan. Sebab, beberapa hari sebelum Ramadhan, saya berangkat ke Yogyakarta dengan menggunakan kereta, sementara penampilan kru service-nya tak seperti ditulis di awal paragraf ini. Berbeda.

Kini, Ramadhan sudah meninggalkan kita. Kegembiraan menyambut Idul Fitri di gerbang Syawal, sejenak melupakan padat-padatnya beribadah saat Ramadhan. Nikmatnya Ramadhan, tergantikan dengan bahagianya menyambut hari kemenangan. Sehingga, ada di antara kita yang kemudian lupa, bahwa sebenarnya ia tengah meninggalkan bulan yang nikmatnya sepanjang hari sepanjang malam, yang berkah, rahmat dan ampunan dari Allah Swt. bertaburan sebulan penuh.

Kini, kita kehilangan semua suasana indah Ramadhan, saat di mana banyak orang mengejar amal shalih dan beribadah dengan sangat tamaknya. Seolah merasa wajib meninggalkan nikmatnya dunia dan fokus dengan ibadah untuk mendekatkan diri kepadaNya. Tak ada lagi suara berisik belasan ABG yang kadang dengan nakalnya membangunkan seisi pemukiman penduduk pada dini hari dengan suara-suara teriakan dan tetabuhan dari benda-benda seadanya. Masjid pun begitu makmur dengan padatnya kegiatan ibadah baik di siang hari maupun malamnya. Tarawih berjamaah, tadarus al-Quran, i’tikaf, dan kegiatan menemani warga yang sedang sahur dengan lantunan ayat suci al-Quran atau puji-pujian kepada Allah Ta’ala. Indah, nikmat, sejuk, serta damai.

Dan, sekarang tinggal kenangan saja. Kita kembali kepada rutinitas awal, sibuk dengan pekerjaan kita, urusan kehidupan kita, dan kita kembali meninggalkan masjid. Hingga masjid pun kembali sepi.

Salam,
O. Solihin
[www.osolihin.wordpress.com]

Mahasiswa Kok Tawuran? Malu Deeeh!

gaulislam edisi 056/tahun ke-2 (19 Dzulqa’idah 1429 H/17 Nopember 2008)

Jadi mahasiswa? Wuih, kayaknya impian banyak anak muda di negeri ini. Kalo ditanya mau kuliah? So pasti jawabnya pengeeeen! Siapa yang nggak mau kuliah? Siapa yang nggak mau jadi mahasiswa.

Soalnya jadi mahasiswa itu cap intelek, pinter, cerdas, en keren. Apalagi liat aksi reformasi tahun ‘98 lalu, penggeraknya kan mahasiswa (bukan aki-aki atau kaum waria!). Pokoke, mahasiswa itu dianggap makhluk yang istimewa en pahlawan, khususnya di Indonesia.

Tapi sori aja, sekarang-sekarang mahasiswa itu lagi jadi buah bibir (tapi bukan sariawan, lho!) . Bahan omongan yang jelek di masyarakat. Itu karena mereka lagi ngaktifin ‘ekskul’ alternatif; tawuran! Bulan lalu aja ada tawuran yang melibatkan dua kampus swasta di Jakarta, UKI vs YAI. Keduanya udah sohor musuh bebuyutan, jadi rutin tawuran (rutin? Kayak jadwal ngaji aja deh ah!). Yang serem ketika polisi ngegeledah salah satu kampus pelaku tawuran, ditemukan bom molotov dan narkoba. Waduh buat praktik mata kuliah apa, ya? Untung aja nggak jadi gank Kapak Merah.

Di awal bulan ini, tawuran terjadi di Makassar. Seorang korban terkapar kritis nasibnya akibat tawuran. Sama seperti di Jakarta, di Makassar juga ada beberapa kampus yang udah lama ngembangin ekskul tawuran.

Tawuran itu terjadi bukan hanya ngelawan anak-anak yang beda kampus. Tapi dengan yang sekampus juga jadi. Ibarat main bola, dalam tawuran juga berlaku partai derby – ngelawan klub satu kota—nah, yang ini berantem sama mahasiswa satu kampus. Gilee man!

Mahasiswa juga nggak cuma melayani tawuran antarmahasiswa. Anak-anak UKI Di Jakarta, juga pernah tawuran ngelawan anak-anak SMA. Pokoke, selama urusannya tawuran, siapa aja juga dilayani. Ikan bawal dalam kuali, ente jual ane beli.

Penyakit ‘bawaan’?
Kalo ditanya apa penyebab mahasiswa tawuran, ngejawabnya susah. Gara-gara masalah sepele tawuran bisa meledak. Bulan lalu dua kampus terlibat tawuran karena temen mereka terlibat cinta segitiga di antara dua kampus itu. Nggak terima diselingkuhi, batu ngelayang dan pukulan bertubi-tubi mendarat di wajah. Jadi deh tawuran. Cinta emang butuh pengorbanan, terkadang darah dan …batu!

Tawuran ini kayak di SMA; diwariskan dari angkatan ke angkatan. Kakak kelas mereka di kampus, bukannya ngewarisin harta benda apalagi deposito, justru mewariskan permusuhan. Para junior mereka dikader untuk jadi milisi tawuran. Mereka juga bikin cap musuh bebuyutan. Baik itu yang beda kampus atau yang partai derby, satu lokasi tapi beda fakultas atau jurusan.

Mahasiswa yang nggak mau ikut tawuran dicap nggak solider atau bencong. Aih, aih jijay bajay deh eike. Selain itu mereka juga bakal dapat sanksi sosial; dikucilin dari pergaulan. Kalo udah begitu, tawuran bisa meledak kapan aja. Dan apa aja bisa jadi pemicu tawuran. Kalo nggak ada masalah ya dicari-cari masalah. Jadi lebih baik nyari masalah daripada nyari kerjaan. Karena emang kerjaannya ya tawuran.

Kalo begitu, tawuran ini kayak penyakit bawaan. Bisa jadi udah dibawa sejak jaman SMA atau malah SMP. Aktivisnya emang udah biasa ‘turun’ ke jalan. Tawuran sejak jaman sekolah dulu. Mungkin mereka hepi banget, ternyata di kampus juga tetep bisa nyalurin ‘bakat’ bejatnya dulu.

Sobat remaja, jelas apa yang kakak-kakak mahasiswa lakukan itu bukan teladan yang baik. Memalukan bangetz. Manusia itu kan kudunya makin dewasa ya makin bijak. Bukannya makin brutal. Apalagi ini statusnya mahasiswa. Jelas ilmunya sih kudunya makin tinggi. Harusnya seperti ilmu padi, makin berisi makin cepet dibikin nasi, eh makin merunduk.

Yang namanya tawuran pastinya destruktif. Sering yang jadi korban adalah mahluk tak bersalah, misalnya kampus. Termasuk kampus mereka sendiri. Beberapa kali kejadian tawuran kampus juga ikutan diancurin. Lho kalo kampusnya rusak kuliah di mana dong? Di lapangan? Nanti saingan dong ama ‘Universitas Terbuka’.
Padahal kampus itu kan dibangun pake uang rakyat. Dari pajak en dari SPP mahasiswa. Nggak cuma pelaku tawuran doang yang bayar SPP. Atau, jangan-jangan mereka juga suka nunggak SPP. Apa nggak punya malu ngancurin harta rakyat negeri sendiri? Padahal, mahasiswa itu kan katanya makhluk yang intelek. Bukannya makin bertanggung jawab, eh malah destruktif.

Tapi namanya juga tawuran, pelakunya udah gelap mata. Mau kampusnya ancur, mau kena DO, nggak jadi soal. Yang penting nafsu haus darah terlampiaskan. Apalagi kalo pelakunya pake narkoba, udah deh dijamin makin beringas kayak Van Damme lagi gelut ngelawan musuh-musuhnya.

Kudu distop
Emang sih nggak semua mahasiswa itu ancur. Masih banyak yang baek-baek. Yang masih pake akal sehatnya ketika menghadapi masalah. Kita percaya yang tawuran itu jumlahnya dikit. Tapi seperti kata pepatah; akibat nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena perbuatan segelintir orang, nama baik mahasiswa jadi ternoda.

Tawuran mahasiswa bisa jadi satu gambaran bahwa masyarakat kita ini lagi sakit. Tawuran juga dilakukan masyarakat. Ada yang antar kampung, atau antar pendukung saat pilkada. Di Maluku Utara, misalnya, sampai hari ini bentrokan antarpendukung kepala daerah masih terjadi. Sejumlah kerusuhan juga terjadi mewarnai beberapa pilkada lainnya. Berarti yang kudu diobati bukan cuma mahasiswanya, tapi juga masyarakatnya.

Yup, jujur aja, masyarakat Indonesia semakin nggak ramah. Orang gampang ngambek. Juga berani main pukul. Tingkat kriminalitas di tanah air semakin tinggi. Apalagi kekerasan, di mana-mana terjadi. Selain tawuran, yang kini lagi ‘ngetop’ adalah mutilasi. Udah gitu para politisinya juga banyak yang korup. Mau jadi caleg aja pada malsuin ijazah. Gimana kalo udah jadi pejabat atau anggota legislatif?

So, bangsa ini kudu bercermin kalo udah rusak luar dalem. Yang tua dan yang muda babak belur adu jotos.
Karena ini pelakunya adalah mahasiswa, berarti dunia pendidikan kudu bertanggung jawab. Sembilan tahun duduk di bangku sekolah (apalagi kalo tambah TK!), ternyata belum bisa ngubah kepribadian anak bangsa. Yang narkoba, yang gaul bebas, en yang tawuran di bangku kuliah merebak. Itu karena pendidikan kita cuma diisi bagi-bagi ilmu (baca: transfer) tapi nggak ngebentuk kepribadian yang bener, apalagi yang Islami. Nggak jelas mau dibentuk kayak apa anak sekolah kita. Pinter nggak, berakhlak bagus juga nanggung.

Lebih parah lagi ada aja sekolah yang mau nampung siswa sebanyak-banyaknya, tapi nggak ngasih kurikulum dan pendidikan yang bener. Yang penting bayaran sekolahnya lancar. Seringkali sekolah kayak gitu diisi oleh anak-anak yang bermasalah. Bukannya dibetulin oleh sekolah, justru ditampung dan jadi kelompok tawuran yang besar.

Dunia pendidikan kudunya ngebentuk kepribadian Islam. Idealnya pendidikan agama sebanyak mata pelajaran sains dan teknologi. Nggak kayak sekarang, di mana pelajaran agama hanya 2 sks. Belum lagi kalo gurunya nggak masuk atau cuma ngasih fotokopian. Ditambah lagi materi pelajarannya seringkali nggak up to date, alias nyetel dengan perkembangan jaman. Bete banget tuh!

Jangankan berharap pelajar kita apal juz amma atau shalat malam, lha wong masih banyak yang belum bisa baca al-Quran aja atau belum betul shalatnya. Jadi, apa ya tujuan pendidikan di tanah air? Apalagi kalo bukan ngejar ijazah dan bisa cari duit.

Selain itu, kudu ada tindakan tegas setiap kali ada tawuran. Jangan cuma sanksi akademik, tapi juga sanksi hukum. Satu-satunya hukum yang adil adalah hukum Islam. Dalam Islam pelaku tawuran bisa dijerat aneka hukuman; pembegal/nakuti-nakuti orang juga qishash atau diyat. Kalo ada darah berceceran, maka pelakunya kena qishash atau diyat. Satu jari tangan aja dihargai denda 10 ekor unta. Kalo sampai kehilangan nyawa maka 100 ekor unta kudu dibayar, atau keluarga korban menuntut hukuman mati.

Kalo cuma penjara mah enteng banget. Pelaku nggak bakal kapok, dan pasti berencana bales dendam. Soalnya nggak ada hukuman yang bikin takut pelakunya. Tawuran pun bakal berulang. Dijamin banget deh.

Semua solusi itu nggak bakal terjadi, selama bangsa Indonesia masih betah dengan sekulerisme-kapitalisme. Dalam sekulerisme, agama dianggap kagak penting. Dalam kapitalisme, pendidikan dianggap penting kalo menghasilkan uang, bukan kepribadian. Nggak peduli lulusannya mau jadi apa, yang penting SPP-nya lancar.

Rise Islam, not war!
Buat para mahasiswa, apa nggak malu tawuran? Padahal banyak mahasiswa yang pengen dianggep paling vokal, kritis, mikirin rakyat. Semuanya bisa jadi bohong kalo mahasiswanya sendiri berperilaku brutal. Gimana mau mikirin rakyat kalo kampus aja diacak-acak dan kuliah sering bolos ikut tawuran?

Lama-lama, masyarakat bakal nggak percaya lagi pada mahasiswa. Hujatan dan pandangan sinis bakal datang buat mahasiswa. Khususnya yang hobi tawuran. Bener lho. Fakta udah banyak. Kini jadi mahasiswa tuh bukan lagi kebanggaan, karena banyak oknum mahasiswa yang hobinya kekerasan dan tawuran. Kalo demo aja kayaknya ngerasa bangga kalo udah ngerubuhin pagar. Apalagi pas aksi tersebut disorot kamera televisi. Duiele.. jadi kayak bintang film laga aja. Malu-maluin ah.

Selain itu, apa nggak mikir kalo perbuatan kalian itu merusak citra mahasiswa? Juga apa nggak malu kalo perbuatan kalian itu bakal dicontoh oleh adik-adik yang masih duduk di SMU, SMP malah SD?

Selain itu, tawuran antarmahasiswa juga rawan ditunggangi pihak-pihak tertentu. Motifnya, ya supaya negeri ini kacau, atau motif ekonomi. Seperti ditayangkan dalam sebuah acara di sebuah televisi swasta, seorang pelaku ngaku kalo ada pihak yang membayar sejumlah mahasiswa untuk mengobarkan tawuran. “Pokoknya kita kerja untuk siapa aja yang punya uang,” katanya. Astaghfirullah!

Nah, para pelaku tawuran, nyadar nggak kalau kalian dijadikan boneka? Mending kalo dapet bayaran, kalo cuma ikutan tahu-tahu mendadak benjut. Gimana? Mikir, man! Katanya mahasiswa, malu deh! [iwan januar]