Jumat, 03 Juli 2009

Malu Saya atas Kakek itu

Assalamu Alaikum

hari ini mendapatkan suatu pengalaman yang membuatku malu sekaligus bangkit lagi dari keterpurukan.

kronologis
  • 11.42 : saya berangkat menuju mesjid, untuk shalat jumat. karena hanya sekitar 30 meter dari warnet saya.
  • 11.44 : tiba di mesjid ternya sudah ada satu pleton siswa pusdik armed. saya lihat baru sedikit sendal jamaah yang datang
  • 11.45 : saya mencoba langsung ke shaf pertama karena ternyata yang diisi baru belakangnya saja, dan subhanallah sudah ada sang kakek yang duduk di shaf pertama, dan dia telah ada dari semenjak belum ada orang.

Kamis, 02 Juli 2009

CINTA KARENA ALLAH

“Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya karena Allah, lalu Allah mengutus malaikat untuk mengawasinya. Kemudian malaikat bertanya, “Anda hendak kemana?” ia menjawab, “Saya hendak mengunjungi saudara saya si Fulan.” Malaikat bertanya lagi, “Apakah karena anda ingin mendapatkan kesenangan (suatu kenikmatan) darinya?” ia menjawab, “Tidak” ”Saya mencintainya karena Allah.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya Allah telah menyuruhku datang kepadamu untuk memberitahukan kepadamu bahwa Dia mencintaimu seperti engkau mencintainya karena Allah.” (HR Muslim)

Rabu, 24 Juni 2009

seceng vs pekceng



Dari Kang mahfudz
Dari milis tetangga...

Konon, uang seribu (seceng) dan seratus ribu (pekceng) memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda.
Keduanya sama-sama dicetak di PERURI dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali ke luar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik..

Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda.

Uang seratus ribu berkata pada uang seribu :

“Ya, ampiiiyuunnnn. ………..dari mana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor , lecet dan…… bau! Padahal waktu kitasama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ….. Ada apa denganmu?”

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :

“Ya, beginilah nasibku, kawan. Sejak kita ke luar dari PERURI, hanya tiga hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang sayur, saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh dengan darah dan kotoran ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke ‘baluang’ Inang-inang. Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh, karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. …….”

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:

“Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm… dompetnya harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku jarang lho ketemu sama teman-temanmu.”

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya : “Ya. Nasib kita memang berbeda.. Kamu selalu berada di tempat yang nyaman.Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada kamu!”

Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.

“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir ditempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”



(terinspirasi dari sebuah obrolan)

Sabtu, 25 April 2009

Aisha

So sweet, so beautiful
Everyday like, queen on her throne
No, nobody knows how she feel
Aicha, Lady one day it'll be real
(Lets do it)
She moves, she moves like a breeze
I swear I can't get her out of my dreams
To have her shining right here by my side (shining like a star)
I'd sacrifice all them tears in my eyes
ohohohh

Aicha Aicha - passing me by (there she go again)
Aicha Aicha - my my my (is it really real?)
Aicha Aicha - smile for me now (I don't know, I don't know)
Aicha Aicha - in my life (Yeah)

Mmm, she holds her child to her heart
Makes her feel like she blessed from above
Falls asleep underneath her sweet tear
Lullaby fades away with his fear
ohh

Aicha Aicha - passing me by (there she go again)
Aicha Aicha - my my my (Like this, here we go)

Needs somebody'lean on (lean on)
Someone body, mind &soul (body, mind &soul)
To take her hand, to take her world
Show her the time of her life, so true (true)
Throw the pain away for good
No more contemplating (boo) (No more contemplatin)
No more con.tem.pla.ting boohoho (aha)

Lord knows the way she feel (I wonder)
Everyday in his name she begins
To have her shining here by my side
I'd sacrifice all them tears in my eyes
Ohh
Aicha Aicha - ecouté moi (Lets do this)

Aicha Aicha - passing me by (there she go again)
Aicha Aicha - my my my
Aicha Aicha - smile for me now
Aicha Aicha - in my life (ohh)
Aicha Aicha - (there she go again)
Aicha Aicha - passing me by (one more time)
Aicha Aicha - (she don't know, she the light of my life, no she don't)
Aicha Aicha - (no she don't) (ohh)

Jumat, 27 Maret 2009

Tak Ada yang abadi


tak kan selamanya
tanganku mendekapmu
tak kan selamanya
raga ini menjagamu

seperti alunan detak jantungku
tak bertahan
melawan waktu
dan semua keindahan yang memudar
atau cinta yang telah hilang

tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi

hoo...
biarkan
aku bernafas
sejenak
sebelum hilang

tak kan selamanya
tanganku mendekapmu
tak kan selamanya
raga ini menjagamu

jiwa yang lama segera pergi
bersiaplah para pengganti

hoo..
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi

hoo..
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi
tak ada yang abadi

By
[PETERPAN]
[band]

Minggu, 08 Maret 2009

Akhlaq Islami

Terhadap ALLAH

  1. Taat Perintah
  2. Tanggungjawab thd amanah
  3. Senantiasa Taubat
  4. Obsesi Ridlo Ilahi
  5. Ibadah kepadaNYA
  6. Banyak Baca Qur’an

Terhadap Dirinya sendiri

  1. Kepada Fisiknya
    • Seimbang makanan
    • Olahraga & hidup teratur
    • Tidak melakukan hal2 mudharat thd fisiknya (merokok, tato, kuku panjang bgt, dst)
    • Bersih Fisik & Pakaian
    • (mulut,gigi,badan,pakaian, rapi)
  2. Thd Akalnya
    • Ilmu utk kemuliaan
    • Menuntut ilmu sepanjang masa
    • Ilmu dasar :
      • Al-Qur’an, bacaan, tajwid dan tafsirnya;
      • ilmu hadits;
      • sirah dan sejarah para sahabat;
      • fikih terutama terkait permasalahan kehidupan
      • Ketrampilan hidup
    • Spesialisasi
    • Bahasa asing (arab, dst)

3. Terhadap Hati, Ruh

    • Ubudiyah
    • Lingkungan yg kondusif thd keimanan
    • Dzikrullah

Terhadap Orangtua

  1. Taat & Berbuat baik
  2. Memuliakan
  3. Tidak Durhaka
  4. Mendahulukan Ibu, kmdn ayah
  5. Berbuat baik thd org yg dicintai ortu
  6. Banyak Baca Qur’an

Terhadap Tetangga & Masyarakat

  1. Muliakan tetangga, muliakan tamu.
  2. Pemaaf & pemurah
  3. Mencintai mereka (spt diri kita sendiri, islami)
  4. Berbuat baik (mski nonmslm)
  5. Mengutamakan tetangga terdekat
  6. Tetangganya merasa aman darinya
  7. Tidak terjerumus perbuatan tercela & hina
  8. Sabar thd keburukan tetangga
  9. Tidak membalas keburukan dg hal serupa

Terhadap Kerabat & Keluarga

  1. Tidak memutus silaturahmi, menyambung secara islami (sekalipun mrk tidak mau), memaknai slitrhm arti luas.
  2. Berbuat baik, tidak membanggakan diri
  3. Menyambung tali persaudaraan meski nonmuslim

Sabtu, 07 Maret 2009

Hadist Arbain

Arbain Nawawi
Tentu sudah banyak kita mengenal tentang Hadist Arbain An Nawawy, berikut ini kalau anda berminat,
Bisa download PDF File nya disini

Jumat, 06 Maret 2009

Kaidah-Kaidah Dasar Islam

Kaidah yang pertama dan utama adalah keyakinan terhadap Allah sebagai Kholiq (Pencipta), serta tauhid Rubbubiyah (Tuhan), Ulihiyah (Ilah, segala kepadaNya), dan Mulkiyah (Raja)

Kaidah kedua Tentang Fungsi dan Tugas Penciptaan Manusia, Manusia dikaruiniai akal / fikiran, utk disiapkan menerima amanah sebagai khalifatul fil ardh, sebagai pemegang Mandat atas kekuasaan mengatur sumberdaya di Bumi/Dunia

“Rule of the Game” atau aturan main yang digariskan Allah terhadap manusia adalah :

  • Taat (ikut perintah, jauhi larangan ~ Iman & Taqwa ), beramal sholih –> Syurga
  • Khianat, sesat, Syirik (jahil) –> Neraka

An Nahl 97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Sebagai gambaran pemikiran kita berikut Historical Mind perihal sistematika yang Allah rancang untuk manusia :

  1. Awalnya ~ Adam mendapatkan hidayah langsung dari Allah,
  2. Kemudian anak-cucunya, mulai menyimpang, memalsukan, menginterpretasikan ayat2 semau mereka. –> mereka golongan jahiliyah
  3. Tapi Allah tidak binasakan manusia atas kejahilanya, malah Allah menurunkan/mengutus orang2 yang taat padaNYA dan memuliakan manusia-Nabi
  4. Sampai dengan utusan Allah terakhir, Nabi Muhammad SAW, sebagai penutup para nabi mengajarkan ajaran Dienul Islam yang sempurna

Ibrahim - 24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

Ibrahim - 25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Kamis, 05 Maret 2009

Dakwah Fardiyah


Ternyata untuk berdakwah utamanya harus melalui pendekatan personal, baik dari orang terdekat kita atau orang yang sama sekali baru kita jumpai atau baru berkenalan. Utamanya hal ini dilakukan untuk kita yang tidak berkapasitas sebagai publik figure, ulama, atau ustadz maka dakwah Fardiyah (berdakwah kepada perorangan) menjadi pilihan utama yang bisa dan sangat mungkin dilakukan.

Setidaknya ada tiga landasan dalam melakukan dakwah fardiyah, diambil dari syariahonline ;

Landasan utama dakwah fadiyah adalah kematangan pemahaman atas ajaran Islam. Ini modal dasar yang paling asasi untuk dimiliki oleh siapa pun yang ingin berdakwah. Dengan kematangan pemahaman dan kelengkapan wawasan Islam hingga detail perkaranya, seseorang bisa memahami pada sisi mana peluang dakwah itu bisa ditawarkan.
Misalnya bila menghadapi seorang seniman untuk dijadikan objek dakwah, maka paling tidak ?jalan masuk? yang bisa dijajaki adalah bicara tentang apresiasi Islam terhadap seni. Karena bagi seorang seniman, bila disampaikan bahwa Islam memberi ruang untuk seni dan seni itu punya peran yang penting, tentu dia akan merasa diakui eksistensi dirinya di dalam dakwah itu.
Sedangkan bila seorang da?i tidak punya wawasan yang luas dan mendalam atas ajaran Islam, bisa jadi belum apa-apa dia akan mengharamkan ini dan itu. Hasilnya alih-alih berhasil dalam dakwah, sebaliknya seniman itu sudah kabur duluan. Karena belum apa-apa sudah dilarang dan dituding-tuding. Padahal ada sekian banyak ruang yang bisa ditempati buat sosok seniman di dalam ajaran Islam.
Landasan kedua adalah kemampuan memahami latar belakang dan alur berpikir objek dakwah. Sebab apapun tindakan yang diambil seseorang, pastilah lahir dari sebuah logika dan paradigma berpikir tertentu. Baik bersifat internal maupun kesternal. Nah, logika dan paradigma inilah yang harus dipahami, bahkan bila perlu dikuasai untuk dijadikan hujjah dalam dakwah.
Bisa jadi seseorang tidak bisa begitu saja ?dihujani? dengan ayat dan hadits. ?Penghujanan? dengan ayat dan hadits hanya efektif buat para ahli syariat yang sejak awal logika berpikirnya adalah mencari dasar pijakan dari Al-Quran Al-Karim dan Sunnah.
Sementara sekian banyak lapisan masyarakat belum lagi sampai demikian dalam logika berpikirnya. Sehingga meski seribu ayat dibacakan, belum tentu bisa menggerakkan hatinya. Tentu kita tidak bisa memvonis mereka sebagai kufur terhadap kitab dan sunnah. Bukan itu masalahnya. Tetapi cobalah pelajari paradigma berpikirnya dan mulailah meminjam paradigma berpikirnya itu untuk diarahkan kepada hal-hal yang selaras dengan Islam.
Landasan ketiga adalah metode pendekatan yang lembut, baik dan tidak terkesan ambisius. Jangan sampai dalam berdakwah fardiyah itu, objek dakwah langsung merasa akan di?kerjai?. Namun bangunlah keakraban, kedekatan dan persahabatan yang tulus dengan objek dakwah itu. Dan boleh jadi untuk periode awal seperti itu, kita belum diharuskan untuk langsung membombardirnya dengan dalil dan hujjah. Tapi bangunlah simpati dan kemesraan hati. Persis seperti ungkapan : Inna muhibba liman yuhibbu muthii?. Artinya bahwa orang yang mencintai seseorang pastilah taat kepadanya.
Misalnya dengan berbicara tentang hal-hal yang disukainya, atau sama-sama melakukan hobbi bersama, atau pergi dan jalan-jalan bersama. Kebersamaan itu akan melahirkan kedekatan hati. Dan pada saat itulah sebenarnya nilai-nilai dakwah baru bisa mulai diberikan sedikit demi sedikit.
Landasan ketiga adalah masalah doa dan kesabaran. Dakwah itu sifatnya mengajak, namun Allah SWT jualah yang akan memberikan hidayah kepadanya. Kita tidak punya otoritas untuk memberi hidayah.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash : 56).
Jadi doakanlah objek dakwah fardiyah Anda setiap hari dan bersabarlah atas proses sunnatullahnya. Karena tugas Anda hanya menyampaikan dan berusaha berdakwah. Anda tidak bertanggung-jawab untuk memberinya hidayah.

Juga ada kiat-kiat praktis dalam melakukan Dakwah Fardiya, Berikut Cuplikan “Kiat Praktis Dakwah Fardiyah” dari web Kotasantri.com;

Penulis : Syekh Mustafa Masyhur
KotaSantri.com : Merekrut manusia ke jalan Allah SWT merupakan amaliyah yang mahal. Hal ini bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui dakwah fardiyah. Banyak pengalaman orang lain dalam merekrut orang melalui dakwah fardiyah. Terkadang memang melakukan dakwah fardiyah memerlukan kiat tersendiri.
Berikut ini kiat praktis dakwah fardiyah :
1. Berupaya untuk membina hubungan dan mengenal setiap orang yang hendak didakwahi dan membangunnya dengan baik. Upaya ini untuk menarik simpati darinya agar hatinya lebih terbuka dan siap menerima perbincangan yang dapat diambil manfaat sehingga pembicaraan berikutnya dapat berlangsung terus. Pembinaan hubungan dengannya dilakukan secara intens sehingga obyek dakwah mengenal orang yang mengajaknya sebagai orang yang enak untuk berteman dan berkomunikasi.
2. Membangkitkan iman yang mengendap dalam jiwa. Pembicaraan hendaklah tidak langsung diarahkan pada masalah iman, namun sebaiknya berjalan secara tabi’i, seolah-olah tidak disengaja dengan memanfaatkan moment tertentu untuk memulai mengajaknya berbicara tentang persoalan keimanan. Melalui pembicaraan yang tabi’i, persoalan yang dipaparkan akan mudah mendapatkan sambutan. Dari sambutan yang disampaikannya mengenai beberapa hal dapat ditindaklanjuti dengan meningkatkan gairah keimanannya. Gairah keimanan yang timbul darinya akan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Dari situlah muncul perhatian yang besar terhadap masalah-masalah keislaman dan keimanan.
3. Membantu memperbaiki keadaan dirinya dengan mengenalkan perkara-perkara yang bernuansa ketaatan kepada Allah dan bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan. Pada tahap ini perlu pula dibekali dengan bahan-bahan bacaan dari referensi yang sederhana, seperti Dasar-dasar Islam, Prinsip-prinsip Islam (Abul ‘Alaa Al Maududi), dan lain-lainnya. Disamping bekalan bahan-bahan bacaan juga perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang baik dan komunitas masyarakat yang shalih agar dapat menjaga nilai-nilai yang telah tertanam dan meneladani kehidupan orang shalih. Mutaba’ah dan pemantauan dalam tahap ini memerlukan kesabaran yang tinggi sehingga dapat membimbing perjalanannya di atas jalan dakwah dan terhindar dari faktor-faktor yang buruk.
4. Menjelaskan tentang pengertian ibadah secara syamil agar memiliki kepahaman yang shahih tentang ibadah disertai niat yang benar dan berdasarkan syara’. Pemahaman yang tidak sempit terhadap ibadah. Ibadah bukan sebatas rukun Islam yang empat saja (shalat, puasa, zakat, dan haji). Akan tetapi pengertian ibadah yang luas sehingga memahami bahwa setiap ketundukan seorang hamba padaNya dengan mengikuti aturan yang telah digariskan akan bernilai ibadah.
5. Menjelaskan kepada obyek dakwah bahwa keberagamaan kita tidak cukup hanya dengan keislaman diri kita sendiri. Hanya sebagai seorang muslim yang taat menjalankan kewajiban ritual, berperilaku baik dan tidak menyakiti orang lain lalu selain itu tidak ada lagi. Melainkan keberadaan kita mesti mengikatkan diri dengan keberadaan muslim lainnya dengan berbagai macam problematikanya. Pada tahap ini pembicaraan diarahkan untuk menyadarkan bahwa persoalan Islam bukan urusan perorangan melainkan urusan tanggung jawab setiap muslim terhadap agamanya. Perbincangan ini dilakukan agar mampu mendorongnya untuk berpikir secara serius tentang bagaimana caranya menunaikan tanggung jawab itu serta menjalankan segala tuntutan-tuntutannya.
6. Menjelaskan kewajiban untuk mengemban amanah umat dan permasalahannya. Kewajiban di atas tidak mungkin dapat ditunaikan secara individu. Masing-masing orang secara terpisah tidak akan mampu menegakkannya. Maka perlu sebuah jama’ah yang memadukan potensi semua individu untuk memperkuat tugas memikul kewajiban berat tersebut. Dari tahap ini obyek dakwah disadarkan tentang pentingnya amal jama’i dalam menyelesaikan tugas besar ini.
7. Menyadarkan padanya tentang kepentingan sebuah jama’ah. Pembicaraan ini memang krusial dan rumit sehingga memerlukan hikmah dan kekuatan argumentasi yang meyakinkan. Oleh karena itu harus dijelaskan padanya bahwa bergabung dengan sebuah jama’ah harus meneliti perjalanan jama’ah tersebut. Jangan sampai terburu-buru untuk menentukan pilihan terhadap sebuah jama’ah yang akan dijadikannya sebagai wahana merealisasikan dasar-dasar Islam.
Demikianlah langkah-langkah dalam melaksanakan dakwah fardiyah. Selamat mengamalkan, semoga Allah SWT memudahkan kita membimbing saudara-saudara kita ke jalanNya. Aamiin.

Orang yang besar dan agung ialah yang mengerti apa yang sedang dikerjakannya dan apa yang harus ia lakukan. “Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?”(QS. Al-Anbiyaa’ : 50).

Rabu, 04 Maret 2009

Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia

Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang,
disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi
SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW,
dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu
pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi
imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi
sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan
kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator
kebahagiaan dunia, yaitu :

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah
nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur
sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun
yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan
keputusan Allah.
Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW
yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari
kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan
memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya
dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel”
dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan
kemudahan yang lebih besar lagi.
Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan
keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai
imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri
dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri
bila memiliki
suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak
istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang
istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar
biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan
suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki
seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan
seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf
Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu
itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya
mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia
dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya
ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu
sisanya saya selalu menggendongnya” . Lalu anak muda itu bertanya: ”
Ya Rasulullah, apakah aku
sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh
Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi
anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”.
Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita
ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua
kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang
soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin
dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk
iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh
mengenal siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib
kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap
keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita
untuk selalu bergaul dengan
orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu
mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat
salah.
Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat
iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya.
Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada
disekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang
yang sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta
tetapi halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya
untuk kaya.
Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW
pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat
tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang
makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara
haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang
yang hartanya
halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal
juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin
bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.
Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga
kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-
ilmu agama Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang
untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan
ciptaan-Nya.
Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin
ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya
kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya
bagi hatinya.
Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati
yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam
dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh
semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh,
yang setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang
mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya
akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa
mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power
syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus pada bagaimana caranya
menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap
kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila
ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan
orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk
akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia
untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan
bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk
meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh
harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya
seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat “hidup” orang-orang
yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang umurnya
baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator
kebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah
indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk
memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan
se-khusyu’ mungkin membaca doa `sapu jagat’ , yaitu doa yang paling
sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa
tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw” (yang artinya “Ya
Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia “), mempunyai makna bahwa
kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan
dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur,
pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau
lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah.
Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam
genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja
sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil
aakhirati hasanaw” (yang artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”),
untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan
akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah.
Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk
surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap
hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket
masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur
hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan
Allah. Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak
bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu para sahabat
bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab
Rasulullah SAW : “Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para
sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan apa kita masuk
surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya
karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.
Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya
bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan
rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah,
Amiin).

Selasa, 03 Maret 2009

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

Penulis : Muhammad Nasib Ar-Rifai
Harga : Jilid 1-4 . . .@ Rp 135000 ,00
Ukuran : 16x23,8 cm ( Istimewa Lux )
Tahun Terbit : 2003

Muhammad Nasib ar-Rifa'i berhasil meringkasnya menjadi 4 jilid. Tafsir ini memberikan kemudahan kepada Anda dalam merujuki dan mengkaji Al-Qur`an. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir ini juga menghindarkan pengulangan, memperbaiki penjelasan, menjauhkan hadist-hadist dhoif dan maudhu', serta menghapus kisah-kisah israiliyat.

Senin, 02 Maret 2009

Tarbiyah Dzatiyah

Penulis : Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan
Harga : Rp. 9.000,-
Halaman : 100 halaman
Ukuran : 11,5 x 17,5 cm
Penerbit : An Nadwah
Cetakan ke : VIII
Tahun Terbit : Juli 2007

Bekal Untuk Perbaikan Kualitas Diri

Saudaraku, kenapa para sahabat Rasulullah SAW mampu tampil menjadi figur-figur hebat dengan ciri khas dan kelebihannya masing-masing? Padahal gurunya sama, yaitu Rasul SAW. Dan Islam yang diajarkannya juga sama. Salah satu sebabnya adalah mereka mampu membina diri sendiri dengan optimal. Selalu berupaya meningkatkan kualitas diri menuju tingkatan seideal mungkin. Mengadakan perbaikan diri dengan konsisten dan terus menerus. Memanfaatkan dan meningkatkan potensi diri tanpa sisa. Rangkaian proses upaya tersebut dalam buku ini diistilahkan dengan Tarbiyah Dzatiyah. Pembinaan terhadap potensi dirinya.

Buku ini akan membantu anda memperbaiki kualitas diri Anda. Ada tips praktis dan efektif pembentukan pribadi yang semangat dan peduli dengan diri sendiri agar menjadi diri yang efisien dan efektif mengemban tugas da’wah.

Selamat membaca!

Minggu, 01 Maret 2009

Ar-Rahmaan (YANG MAHA PEMURAH) ayat 1-3

Ayat 1

1. (Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)

Ayat 2

2. Yang telah mengajarkan Al-Quran. (QS. 55:2)

Ayat 3

3. Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)

Kamis, 29 Januari 2009

PESAN-PESAN UNTUK ISTERI


Oleh

Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq

Anas berkata, “Para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, maka mereka memerintahkan isteri agar berkhidmat kepada suaminya dan memelihara haknya.”

Ummu Humaid berkata, “Para wanita Madinah, jika hendak menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, pertama-tama mereka datang kepada ‘Aisyah dan memasukkannya di hadapannya, lalu dia meletakkan tangannya di atas kepalanya seraya mendo’akannya dan memerintahkannya agar bertakwa kepada Allah serta memenuhi hak suami”[1]

‘Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib berwasiat kepada puterinya, “Janganlah engkau cemburu, sebab itu adalah kunci perceraian, dan janganlah engkau suka mencela, karena hal itu menimbulkan kemurkaan. Bercelaklah, karena hal itu adalah perhiasan paling indah, dan farfum yang paling baik adalah air.

Abud Darda' berkata kepada isterinya, “Jika engkau melihatku marah, maka redakanlah kemarahanku. Jika aku melihatmu marah kepadaku, maka aku meredakanmu. Jika tidak, kita tidak harmonis.

Ambillah pemaafan dariku, maka engkau melanggengkan cintaku.
Janganlah engkau berbicara dengan keras sepertiku, ketika aku sedang marah
Janganlah menabuhku (untuk memancing kemarahan) seperti engkau menabuh rebana, sekalipun
Sebab, engkau tidak tahu bagaimana orang yang ditinggal pergi

Janganlah banyak mengeluh sehingga melenyapkan dayaku
Lalu hatiku enggan terhadapmu; sebab hati itu berbolak-balik
Sesungguhnya aku melihat cinta dan kebencian dalam hati
Jika keduanya berhimpun, maka cinta pasti akan pergi

‘Amr bin Hajar, Raja Kindah, meminang Ummu Ayyas binti ‘Auf. Ketika dia akan dibawa kepada suaminya, ibunya, Umamah binti al-Haris menemui puterinya lalu berpesan kepadanya dengan suatu pesan yang menjelaskan dasar-dasar kehidupan yang bahagia dan kewajibannya kepada suaminya yang patut menjadi undang-undang bagi semua wanita. Ia berpesan:

“Wahai puteriku, engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar, dan engkau beralih pada kehidupan yang di dalamnya engkau naik untuk orang yang lalai dan membantu orang yang berakal. Seandainya wanita tidak membutuhkan suami karena kedua orang tuanya masih cukup dan keduanya sangat membutuhkanya, niscaya akulah orang yang paling tidak membutuhkannya. Tetapi kaum wanita diciptakan untuk laki-laki, dan karena mereka pula laki-laki diciptakan.

Wahai puteriku, sesungguhnya engkau berpisah dengan suasana yang darinya engkau keluar dan engkau berganti kehidupan, di dalamnya engkau naik kepada keluarga yang belum engkau kenal dan teman yang engkau belum terbiasa dengannya. Ia dengan kekuasaannya menjadi pengawas dan raja atasmu, maka jadilah engkau sebagai abdi, niscaya ia menjadi abdimu pula. Peliharalah untuknya 10 perkara, niscaya ini akan menjadi kekayaan bagimu.

Pertama dan kedua, tunduk kepadanya dengan qana’ah (merasa cukup), serta mendengar dan patuh kepadanya.

Ketiga dan keempat, memperhatikan mata dan hidungnya. Jangan sampai matanya melihat suatu keburukan darimu, dan jangan sampai mencium darimu kecuali aroma yang paling harum.

Kelima dan keenam, memperhatikan tidur dan makannya. Karena terlambat makan akan bergejolak dan menggagalkan tidur itu membuat orang marah.

Ketujuh dan kedelapan, menjaga hartanya dan memelihara keluarga dan kerabatnya. Inti perkara berkenaan dengan harta ialah menghargainya dengan baik, sedangkan berkenaan dengan keluarga ialah mengaturnya dengan baik.

Kesembilan dan kesepuluh, jangan menentang perintahnya dan jangan menyebarkan rahasianya. Karena jika engkau menyelisihi perintahnya, maka hatinya menjadi kesal dan jika engkau menyebarkan rahasianya, maka engkau tidak merasa aman terhadap pengkhianatannya. Kemudian janganlah engkau bergembira di hadapannya ketika dia bersedih, dan jangan pula bersedih di hadapannya ketika dia bergembira”[2]

Seseorang menikahkan puterinya dengan keponakannya. Ketika ia hendak membawanya, maka dia berkata kepada ibunya, “Perintahkan kepada puterimu agar tidak singgah di kediaman (suaminya) melainkan dalam keadaan telah mandi. Sebab, air itu dapat mencemerlangkan bagian atas dan membersihkan bagian bawah. Dan janganlah ia terlalu sering mencumbuinya. Sebab jika badan lelah, maka hati menjadi lelah. Jangan pula menghalangi syahwatnya, sebab keharmonisan itu terletak dalam kesesuaian.

Ketika al-Farafishah bin al-Ahash membawa puterinya, Nailah, kepada Amirul Mukminin ‘Utsman bin ‘Affan Radhitallahu ‘anhu, dan beliau telah menikahinya, maka ayahnya menasihatinya dengan ucapannya, “Wahai puteriku, engkau didahulukan atas para wanita dari kaum wanita Quraisy yang lebih mampu untuk berdandan darimu, maka peliharalah dariku dua hal ini : bercelaklah dan mandilah, sehingga aromamu adalah aroma bejana yang terguyur hujan.”

Abul Aswad berkata kepada puterinya, “Jangalah engkau cemburu, sebab kecemburuan itu adalah kunci perceraian. Berhiaslah, dan sebaik-baik perhiasan ialah celak. Pakailah wewangian, dan sebaik-baik wewangian ialah menyempurnakan wudhu.’”

Ummu Ma’ashirah menasihati puterinya dengan nasihat berikut ini yang telah diramunya dengan senyum dan air matanya: “Wahai puteriku, engkau akan memulai kehidupan yang baru… Suatu kehidupan yang tiada tempat di dalamnya untuk ibumu, ayahmu, atau untuk seorang pun dari saudaramu. Engkau akan menjadi teman bagi seorang pria yang tidak ingin ada seorangpun yang menyekutuinya berkenaan denganmu hingga walaupun ia berasal dari daging dan darahmu. Jadilah engkau sebagai isteri, wahai puteriku, dan jadilah engkau sebagai ibu baginya. Jadikanlah ia merasa bahwa engkau adalah segalanya dalam kehidupannya dan segalanya dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa suami itu anak-anak yang besar, jarang sekali kata-kata manis yang membahagiakannya. Jangan engkau menjadikannya merasa bahwa dengan dia menikahimu, ia telah menghalangimu dari keluargamu.

Perasaan ini sendiri juga dirasakan olehnya. Sebab, dia juga telah meninggalkan rumah kedua orang tuanya dan meninggalkan keluarganya karenamu. Tetapi perbedaan antara dirimu dengannya ialah perbedaan antara wanita dan laki-laki. Wanita selalu rindu kepada keluarganya, kepada rumahnya di mana dia dilahirkan, tumbuh menjadi besar dan belajar. Tetapi dia harus membiasakan dirinya dalam kehidupan yang baru ini. Ia harus mencari hakikat hidupnya bersama pria yang telah menjadi suami dan ayah bagi anak-anaknya. Inilah duniamu yang baru, wahai puteriku. Inilah masa kini dan masa depanmu. Inilah mahligaimu, di mana kalian berdua bersama-sama menciptakannya.

Adapun kedua orang tuamu adalah masa lalu. Aku tidak memintamu melupakan ayah dan ibumu serta saudara-saudaramu, karena mereka tidak akan melupakanmu selama-lamanya. Wahai sayangku, bagaimana mungkin ibu akan lupa belahan hatinya? Tetapi aku meminta kepadamu agar engkau mencintai suamimu, mendampingi suamimu, dan engkau bahagia dengan kehidupanmu bersamanya.”

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi ‘Udzr ad-Du'ali -pada hari-hari pemerintahan ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu- menceraikan wanita-wanita yang dinikahinya. Sehingga muncullah kepadanya beberapa peristiwa yang tidak disukainya berkenaan dengan para wanita tersebut dari hal itu. Ketika dia mengetahui hal itu, maka dia memegang tangan ‘Abdullah bin al-Arqam sehingga membawanya ke rumahnya. Kemudian dia berkata kepada isterinya: “Aku memintamu bersumpah demi Allah, apakah engkau benci kepadaku?” Ia menjawab, “Jangan memintaku bersumpah demi Allah.” Dia mengatakan, “Aku memintamu bersumpah demi Allah.” Ia menjawab, “Ya.”

Kemudian dia berkata kepada Ibnul Arqam, “Apakah engkau dengar?” Kemudian keduanya bertolak hingga sampai kepada ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu lalu mengatakan, “Kalian mengatakan bahwa aku menzhalimi kaum wanita dan menceraikan mereka. Bertanyalah kepada al-Arqam.” Lalu ‘Umar bertanya kepadanya dan mengabarkannya. Lalu beliau mengirim utusan kepada isteri Ibnu Abi ‘Udzrah (untuk datang kepada ‘Umar). Ia pun datang bersama bibinya, lalu ‘Umar bertanya, “Engkaukah yang bercerita kepada suamimu bahwa engkau marah kepadanya?” Ia menjawab, “Aku adalah orang yang mula-mula bertaubat dan menelaah kembali perintah Allah kepadaku. Ia memintaku bersumpah dan aku takut berdosa bila berdusta, apakah aku boleh berdusta, wahai Amirul Mukminin?” Dia menjawab, “Ya, berdustalah. Jika salah seorang dari kalian tidak menyukai salah seorang dari kami, janganlah menceritakan hal itu kepadanya. Sebab, jarang sekali rumah yang dibangun di atas dasar cinta, tetapi manusia hidup dengan Islam dan mencari pahala”[3]

Kepada setiap muslimah yang memenuhi hak-hak suaminya dan takut terhadap murka Rabb-nya karena dia mengetahui hak suaminya atasnya! Inilah contoh sebagian pria yang mensifati isterinya yang tidak mengetahui hak suaminya dan tidak pula memelihara kebaikannya. Ia tidak mempercantik diri dan tidak berdandan untuknya, serta bermulut kasar. Ia mensifatinya dengan sifat yang membuat hati bergetar dan telinga terngiang-ngiang. Camkanlah sehingga engkau tidak jatuh ke tempat yang menggelincirkan ini.

[Disalin dari kitab Isyratun Nisaa Minal Alif Ilal Yaa, Edisi Indonesia Panduan Lengkap Nikah Dari A Sampai Z, Penulis Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Penterjemah Ahmad Saikhu, Penerbit Pustaka Ibnu Katsair]
__________
Foote Note
[1]. HR. Ibnu Abi Syaibah (IV/305-306).
[2]. Ahkaamun Nisaa’, Ibnul Jauzi (hal. 74-78).
[3]. Syarhus Sunnah (XIII/120).

Sumber

Selasa, 20 Januari 2009

Bukan Hanya di.........

Astagfirullah aladzim

mungkin itu kata yang terlontar dari raga ini yang dhaif, yang ternyata masih banyak maksiat,

Sesuai dengan judul Bukan Hanya di......, maksudnya adalah bukan hanya di Jakarta, Bandung atau kota kota besar lainnya, atau bukan hanya di jepang, amerika tau lain sejenis nya , suatu hal yang sudah dianggap oleh manusia sebagai hal yang biasa saja, apa sih yang dibahas oleh penulis????

ya itulah sebagai aktifitas sehari-hari saya sebagai penjaga warnet, yang nota bene hanya diam diatas kursi, berhadapan dengan sesuatu yang ternyata kemaksiatan itu selalu menggangu datang. yaaaaa itulah Penampilan orang, mungkin orang lebih mengenal dengan fashion, ya itulah hot pans (gimana nulisnya ya???), U can See dan lain hal sejenisnya. sempat berfikir, waduh saya yang diam kemaksiatan itu datang sehari-hari, bagaimana yang aktifitasnya mondar mandir sana-sini, Naudzu billah hi min dzalik.

Terutama untuk kita yang beragama islam sudah ditegaskan oleh rasulullah dan bahakan telah diatur dalam Agama ini.

Dengan menyebut nama ALLOH yang maha pengasih lagi maha penyayang,

Al-Qur'an > Surah Al A'raaf> Ayat 26

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

AL-Qur'an > Surah An Nuur> Ayat 31

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Al-Qur'an > Surah An Nuur> Ayat 60

Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Al-Qur'an > Surah Al Ahzab> Ayat 53

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu ke luar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Al-Qur'an > Surah Al Ahzab> Ayat 55

Tidak ada dosa atas istri-istri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan, perempuan-perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (hai istri-istri Nabi) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

Al-Qur'an > Surah Al Ahzab> Ayat 59

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang....


Maha benar ALLOH dengan segala firman-NYA,

We will not go down (GAZA)



We_will_not_go_down (GAZA)

Michael Heart

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In the night, without a fight
We will not go down
In Gaza tonight


Artinya (kurang lebih)

Berkilauan kilat cahaya putih
Menyala di langit Gaza malam ini
Orang berlari untuk berlindung
Tidak mengetahui apakah mereka akan mati atau tetap hidup
Mereka datang dengan tank-tank dan pesawat nya
Dengan pembinasaan secara brutal
Dan tidak menyisakan apapun
hanya suara perlawanan di kabut tipis penuh asap
Kita tidak menyerah
Di waktu malam, tanpa satu pertempuran
Kalian bisamenghancurkan mesjid kita dan rumah kita serta sekolah kita
Tetapi semangat Kami tidak akan pernah hancur
Kita tidak menyerah
Di Gaza malam ini
Para wanita danjuga anak-anak
Dibunuh dan dibantai di setiap malam
Sementara itu para pemimpin di negara-negara di luar sana
Memperdebatkan salah atau benar
Tetapi perdebatan mereka tidak mempunyai kekuatan, usaha mereka hanyalah sia-sia
Dan bom jatuh seperti hujan asam
Tetapi melalui air mata, darah dan rasa sakit
Kalian masih bisa mendengarkan suara itu melalui kabut tipis penuh asap
kami tidak akan menyerah
Di waktu malam, tanpa satu pertempuran
Anda bisa menghancurkan mesjid kita dan rumah kita serta sekolah kita
Tetapi Semangat takak pernah hilang
kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

kami tidak akan menyerah
Di waktu malam, tanpa satu pertempuran
Anda bisa menghancurkan mesjid kita dan rumah kita serta sekolah kita
Tetapi Semangat takak pernah hilang
kami tidak akan menyerah
Di waktu malam, tanpa satupertempuran
kami tidak akan menyerah
Di Gaza malam ini

Minggu, 18 Januari 2009

Do'a Pembangunan


(klik gambar untuk memperbesar)
Artinya: "Ya Tuhan, terimalah kebaktian kami. Sungguh Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu, dan jadikanlah pula anak turunan kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu. Tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, serta terimalah taubat kami. Sungguh Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang!." (QS. Al-Baqarah: 127-128).

Penjelasan
Doa ini baik sekali dibaca setelah selesainya membangun rumah, mesjid, pesantren, madrasah dan pembangunan yang lain.
Dikisahkan dalam Al-Quran bahwa Nabi Ibrahim a.s. membaca doa ini setelah selesai membangun Baitul Haram (Kabah). Yang pada waktu itu ditimpa banjir besar (zaman Nabi Nuh as), kemudian Nabi Ibrahim dibantu puteranya Ismail as membangun kembali ka'bah tersebut. Setelah selesai mereka berdua mengangkat tangan seraya berdoa dengan lafazh doa di atas

Do'a Keselamatan


(klik gambar untuk memperbesar)
Artinya: "Ya Tuhan, janganlah Engka siksa kami karena lupa atau bersalah. Ya Tuhan, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana telah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kamj, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah: 286).

Penjelasan:
Ibnu Katsir dalarn kitab tafsirnya merangkum sepuluh hadis tentang keutamaan membaca doa diatas. Diantaranya hadis yang diriwayatkan dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud, bahwa Nabi Saw. telah bersabda: "Barangsiapa yang membaca dua ayat yang akhir surah Al-Baqarah (ayat 285-286) setiap malam, maka dia akan mendapatkan keselamatan." (Tafsir Ibnu Katsir Juz, I, hal.340)

Kamis, 15 Januari 2009

IMAJINER DOA

IMAJINER DOA
oleh: Ratih Sanggarwati

Doa yang kupanjatkan ketika aku masih gadis:
"Ya Allah beri aku calon suami yang baik, yang sholeh. Beri aku suami
yang dapat kujadikan imam dalam keluargaku."

Doa yang kupanjatkan ketika selesai menikah:
"Ya Allah beri aku anak yang sholeh dan sholehah, agar mereka dapat
mendoakanku ketika nanti aku mati dan menjadi salah satu amalanku
yang tidak pernah putus."

Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku lahir:
"Ya Allah beri aku kesempatan menyekolahkan mereka di sekolah Islami
yang baik meskipun mahal, beri aku rizki untuk itu ya Allah...."

Doa yang kupanjatkan ketika anak2ku sudah mulai sekolah:
"Ya Allah..... jadikan dia murid yang baik sehingga dia dapat bermoral
Islami, agar dia bisa khatam Al Quran pada usia muda.."

Doa yang kupanjatkan ketika anak2ku sudah beranjak remaja:
"Ya Allah jadikan anakku bukan pengikut arus modernisasi yg mengkhawatirkanku.
Ya Allah aku tidak ingin ia mengumbar auratnya, karena dia ibarat buah yang
sedang ranum."

Doa yang kupanjatkan ketika anak2ku menjadi dewasa:
"Ya Allah entengkan jodohnya, berilah jodoh yang sholeh pada mereka,
yang bibit, bebet, bobotnya baik dan sesuai setara dengan keluarga
kami."

Doa yang kupanjatkan ketika anakku menikah:
"Ya Allah jangan kau putuskan tali ibu & anak ini, aku takut kehilangan
perhatiannya dan takut kehilangan dia karena dia akan ikut suaminya."

Doa yang kupanjatkan ketika anakku akan melahirkan:
"Ya Allah mudah-mudahan cucuku lahir dengan selamat. Aku inginkan nama
pemberianku pada cucuku, karena aku ingin memanjangkan teritoria
wibawaku sebagai ibu dari ibunya cucuku."

Ketika kupanjatkan doa-doa itu, aku membayangkan Allah tersenyum
dan berkata..... .

"Engkau ingin suami yang baik dan sholeh sudahkah engkau sendiri baik
dan sholehah?
Engkau ingin suamimu jadi imam, akankah engkau jadi makmum yang baik?"

"Engkau ingin anak yang sholehah, sudahkah itu ada padamu dan pada
suamimu. Jangan egois begitu...... .. masak engkau ingin anak yang sholehah
hanya karena engkau ingin mereka mendoakanmu. . ...tentu mereka menjadi
sholehah utama karena-Ku, karena aturan yang mereka ikuti haruslah
aturan-Ku."

"Engkau ingin menyekolahkan anakmu di sekolah Islam, karena apa?......
prestige? ........ atau....mode? .....atau engkau tidak mau direpotkan
dengan mendidik Islam padanya? engkau juga harus belajar, engkau juga
harus bermoral Islami, engkau juga harus membaca Al Quran dan berusaha
mengkhatamkannya. "

"Bagaimana engkau dapat menahan anakmu tidak menebarkan pesonanya dengan
mengumbar aurat, kalau engkau sebagai ibunya jengah untuk menutup aurat?
Sementara engkau tahu Aku wajibkan itu untuk keselamatan dan kehormatan
umat-Ku."

"Engkau bicara bibit, bebet, bobot untuk calon menantumu, seolah engkau
tidak percaya ayat 3 & 26 surat An Nuur dalam Al Quran-Ku. Percayalah
kalau anakmu adalah anak yang sholihah maka yang sepadanlah yang dia
akan dapatkan."

"Engkau hanya mengandung, melahirkan dan menyusui anakmu. Aku yang
memiliki dia saja, Aku bebaskan dia dengan kehendaknya. Aku tetap
mencintainya, meskipun dia berpaling dari-Ku, bahkan ketika dia
melupakan-Ku. Aku tetap mencintainya. .. "

"Anakmu adalah amanahmu, cucumu adalah amanah dari anakmu, berilah
kebebasan untuk melepaskan busur anak panahnya sendiri yang menjadi
amanahnya."

Lantas...... aku malu...... dengan imajinasi do'a-ku sendiri....
Aku malu akan tuntutanku kepada-NYA.. . .....

Maafkan aku ya Allah......


Assalamu'alaikum. . ..

Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah".

"Tekan 1 untuk 'meminta'.
Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau....
Bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:

"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain.
Tetaplah sabar menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya."

Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat respons seperti ini:

"Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,

Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,

Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,

Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,

Tekan 4. "Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka, silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini. Silakan mencoba kembali esok hari."

atau...

"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari Senin setelah pukul 9 pagi."

Alhamdulillah. .... Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat menelpon-Nya setiap saat!!!

Anda hanya perlu untuk memanggilnya kapan saja dan Dia mendengar Anda. Karena bila memanggil Allah, Anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk.
Allah menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi.

Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: 24434

2 : shalat Subuh

4 : shalat Zuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya, gunakan nomor ini : 28443483

2 : shalat Subuh

8 : Shalat Dhuha

4 : shalat Zuhur

4 : shalat Ashar

3 : shalat Maghrib

4 : shalat Isya

8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)

3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al Qur'anul Karim & Hadist Rasul"

Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut biaya.

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak terbatas dan seluruhnya buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari setahun !!!

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekeliling kita. Mana tahu mungkin mereka sedang
membutuhkannya Sabda Rasulullah S.A.W :
"Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni
dosa-dosanya walau sebanyak buih laut"

7 Kalimah ALLAH:

1. Mengucap "Bismillah" pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.

2. Mengucap " Alhamdulillah" pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.

3. Mengucap "Astaghfirullah" jika lidah terselip perkataan yang tidak patut.

4. Mengucap " Insya-Allah" jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.

5. Mengucap "La haula wala kuwwata illa billah" jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.

6. M engucap "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" jika menghadapi dan menerima musibah..

7. Mengucap "La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah " sepanjang siang dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya...

Dari tafsir Hanafi,
mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat. ...
mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu... mudah-mudahan jadi bisa, karena sudah biasa.